Home
Daftar Anggota
Galleri
Resep
Restoran Minang
Games
Download
Kamus Minang
Chat
Bursa Iklan
Radio Online
Weblink
SPTT Cimbuak
Cimbuak Toolbar
Menu Situs
Berita
Artikel
Prosa
Tokoh Minang
Adat Budaya
Agama
Kolom Khusus
Pariwisata
Berita Keluarga
Giring2 Perak
Berita Yayasan
Pituah

Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka panghulu
Panghulu barajo ka mufakat
Mufakat barajo ka nan bana
Bana badiri sandirinyo
Milis Minang
Rantaunet
Surau
Aktivis Minang
Media Padang
PosMetro Padang

Bukit Tinggi Nan Mempesona
Written by Admin   
Thursday, 27 October 2005

Beragam tempat wisata seperti Jam Gadang dan Ngarai Sianok menjadi daya tarik tersendiri Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Pesona kota ini juga terpancar dalam kerajinan perak dan sulaman bordir

Kurang lengkap rasanya bila berkunjung ke Bukittinggi tapi tak singgah ke Jam Gadang. Pemeo tersebut cukup beralasan. Jam yang berdiri tegak di jantung kota itu memang landmark kota kecil di Sumatra Barat yang pernah menjadi ibu kota Pemerintah Darurat Republik Indonesia pada 1948-1949 itu.

Tak banyak yang tahu, bangunan buatan 1926 yang memakan biaya sekitar 3.000 gulden itu bersaudara dengan Menara Big Ben, London, Inggris. Pasalnya, mesin jam manual yang mentereng di atas bangunan hasil karya putra pribumi, Yazid dan Sutan Gigi Ameh itu dibuat khusus Recklinghausen yang juga membuat Big Ben. Pria Jerman itu memang hanya membuat dua mesin.

Selama berdiri atap menara Jam Gadang telah tiga kali berubah bentuk. Di jaman penjajahan Belanda, atap itu berbentuk bulat dengan patung ayam jantan di atasnya. Kemudian atapnya berubah seperti kelenteng ketika Jepang menduduki Indonesia. Begitu Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, atap Jam Gadang diganti Rumah Gadang. Nuansa Ranah Minang itu bertahan hingga kini.

Agak ke pinggir kota, di perbatasan Bukittinggi dengan kaki Gunung Singgalang, pengunjung disuguhi wisata alam yang memukau. sebuah lembah berkelok sepanjang 15 kilometer yang dikenal dengan nama Ngarai Sianok menjadi magnet wisata. Lembah sedalam 100-150 meter yang dikitari kerimbunan hutan memberi kenyamanan dan kedamaian.
Jauh di ujung ngarai, terdapat sebuah desa. Koto Gadang namanya. Penduduk desa ini terkenal sebagai perajin perak yang handal. Mereka dikenal mampu menghasilkan kerajinan perak dengan desain dan motif yang sangat halus. Tak cuma itu, perak yang dihasilkan Koto Gadang bernuansa elegan dengan tampilan putih susu. Berbeda dengan perak umumnya yang licin mengkilat.

Harga yang ditawarkan juga tak kalah bersaing. Karya-karya seni itu ditawarkan mulai dari Rp 40 ribu hingga menembus Rp 400 ribu. Tentu saja tergantung tingkat kesulitan dan bahan yang digunakan. Selain bermacam bentuk aksesori, perak-perak juga diolah menjadi berbagai bentuk mulai dari kerbau hingga Istana Pagaruyung.

Usai menyusuri objek wisata, berbelanja di Pasar Atas yang berada tak jauh dari Jam Gadang adalah keharusan yang lain. Aneh rasanya jika berkunjung ke suatu tempat namun tak membawa oleh-oleh. Di pasar ini, wisatawan bisa membeli berbagai aksesori dan makanan khas Bukittinggi. Harganya pun terhitung murah. Sebuah tas dibanderol Rp 20-25 ribu.

Kekhasan Bukittinggi juga terwakili dalam kerajinan bordir. Sulaman asli daerah ini memang memiliki keunggulan tersendiri. Bordir asli Bukittinggi memanfaatkan teknik krancang langsung yang tergolong rumit dan makan waktu. Dengan menggunakan mesin saja, sebuah kain baru selesai digarap dalam 45 hari. Bahkan bisa setahun jika hanya memakai tangan.
Melihat lamanya pengerjaan, tak heran jika harga yang ditawarkan cukup mahal. Sebuah selendang dijual seharga Rp 70 ribu sampai Rp 85 ribu. Sedangkan satu set kebaya bisa menembus angka Rp 2,5 juta. Cukup sebanding dengan kehalusan dan keindahan yang memancarkan pesona khas Bukittinggi. Rancak bana.(TOZ/Tim Jalan-Jalan SCTV)

Sumber :http://www.liputan6.com/

Trackback(0)
Comments (1)

lizen said:

Beberapa saat lagi kebanggan terhadap Jam Gadang akan redup karena ada bangunan yang menyaingi disekitarnya yaitu pusat perdagangan bertingkat. Jangalah berbangga lagi. Demikian pula Lubang Japang, sekarang tidak terlihat lagi nilai pariwisata sejarah, karena telah dibeton. Jadi Bukitinggi mulai redup nilai pariwisata peninggalan alias tidak mempesona lagi.
 
report abuse
vote down
vote up
January 17, 2006
Votes: +0

Write comment
You must be logged in to a comment. Please register if you do not have an account yet.

Last Updated ( Thursday, 27 October 2005 )
 
< Prev   Next >




Member Area
Status Radio
Radio Online Minang
Yayasan Palanta Cimbuak
Yayasan Palanta Cimbuak
Dari Awak, Oleh Awak, Untuak Kampuang
Nio berpartisipasi? Silakan klik disiko
Cimbuak Features

Cimbuak Chat


Cimbuak Chat


Free Email


Free Email
Yayasan Cimbuak
Situs Terbaik
Online Sekarang
We have 12 guests and 3 members online
Powered By PageCache
Generated in 0.40550 Seconds