Seri IV. Magnitude Asal sudah memenuhi rumus 5W+1H, sebuah tulisan memang telah memenuhi syarat sebagai tulisan yang memenuhi kelengkapan informasi.
Ibarat membangun rumah, kita sudah bisa melihatnya sebagai rumah yang layak: memiliki fondasi, tiang, dinding yang membentuk ruangan-ruangan, atap, pintu dan jendela. Ketika kita menulis, sudah hampir pasti tujuannya ingin dibaca orang lain. Jarang sekali orang nulis kemudian disimpan sendiri dan suatu saat dibakar. Agar orang lain mau membaca, tulisan tersebut haruslah menarik minat mereka. Untuk menjadikan sebuah tulisan menarik minta banyak orang yang menjadi target kita, perlu tambahan faktor lagi. Yakni magnitude. Terjemahan mudahnya: daya tarik. Tulisan yang memenuhi 5W+1H saja tak akan mampu menarik orang membaca. Mungkin melihat judulnya saja sudah langsung ia lewatkan. Magnitude biasanya telah tersedia karena ada kejadian. Akbar Tanjung kini memiliki magnitude besar karena ada kejadian ia dibebaskan oleh Mahkamah Agung yang menimbulkan ketercepecahan pendapat di kalangan masyarakat. Hampir semua kalangan, mulai dari tukang becak, kalangan bisnis, akademisi, politisi, hingga petaruh, menjadikannya sebagai bahan pembicaraan. Bjah dan Sukma sekarang ini juga memiliki magnitude yang besar. Gambarnya beredar di mana-mana. Koran kuning bahkan memuat gambarnya. Tayangan selebrities terus mengejarnya. Magnitude ini dipicu oleh kejadian: beredarnya gambar kedua pekerja seni yang sedang melaksanakan hajat "seni". Magnitudenya diperkuat oleh status keartisan mereka. Sumber magnitude bukan hanya kejadian/peristuwa yang memang tak terelakkan. Magnitude juga bisa kita ciptakan. Isu kolor ijo misalnya, diduga kuat adalah magnitude yang dibuat untuk mengalihkan isu besar lain. Silahkan tebak sendiri dengan melihat rentetan peristiwanya: Kapan isu kolor ijo merebak dan kejadian besar apa yang terjadi setelah itu. Magnitude hal-hal mistis yang sekarang merebak di teve, itu juga diciptakan secara sistematis dengan tujuan komersial. Pemahaman terhadap magnitude ini sangat penting ketika kita ingin tulisan kita dibaca, ditanggapi, disimpan oleh pembaca, dan melekat di hati mereka. Ketika panas-panasnya kasus Akbar Tanjung, kita membicarakan hal lain yang relevan pun kadang tidak mendapat perhatian pembaca. Orang lebih asik dengan kasus bank Akbar. Itu sebabnya, di tengah kekisruhan ini, Tommy nyaris bebas berita ketika dikabarkan sakit dan bermalam di RS AD dengan membooking - kalau tidak salah - enam kamar sekaligus. Pak Harto yang kelihatan sehat wal afiat menengok Tommy pun luput dari perhatian. Canggih. Tulisan kita akan menarik keinginan orang membaca adalah ketika apa yang kita tulis pas dengan apa yang ingin dibaca mereka. Dalam sebuah milis yang didominasi banyak pencari kerja, tulisan tentang lowongan kerja dan ngudi karir akan mereka tunggu dengan rasa lapar. Membuat tulisan yang memiliki magnitude besar dalam komunitas yang seragam relatif lebih mudah. Tidak mengherankan jika milis berbasis minat, seperti marketing club, manajemen serta milis khusus lainnya sangat aktif. Sebagian besar anggotanya dengan mudah melontarkan ide/tulisan/komentar menarik. Sebaliknya, mencari magnitude tulisan untuk komunitas gado-gado seperti UGM Club dan Katgama relatif lebih sulit. Memang butuh seni dan pengalaman khusus untuk memahami magnitude di setiap target pembaca. Jadi, kini rumus tulisan yang baik menjadi : 5W+1H+1M. Cukupkah? Bisa saja dianggap cukup. Tapi kalau mau enak dibaca masih ada lagi yang syarat diperlukan. Yakni struktur tulisan.
Diposting pada mailing list UGM Disadur oleh : Dewis Natra
Trackback(0)
|