Aplikasi Syara' dalam Adat Budaya Minangkabau
Written by Masoed Abidin ZAbidin Jabbar   
Thursday, 24 February 2011

I. MUKADDIMAH 

 

Pranata sosial budaya (”social and cultural institution”) , adalah batasan-batasan perilaku manusia atas dasar kesepakatan bersama yang menjadi ”kesadaran kolektif” di dalam pergaulan masyarakat berupa seperangkat aturan main dalam menata kehidupan bersama.

Pranata sosial Masyarakat Beragama yang Madani di Sumatera Barat yang didiami masyarakat adat Minangkabau semestinya berpedoman (bersandikan) kepada Syarak dan Kitabullah. Agama Islam yang bersumber kepada Kitabullah (Al Quranul Karim) dan Sunnah Rasulullah  itu, maka pelaksanaan atau pengamalannya tampak atau direkam dalam Praktek Ibadah, Pola Pandang dan Karakter Masyarakatnya, Sikap Umum dalam Ragam Hubungan Sosial penganutnya. Dalam keniscayaan ini, maka kekerabatan yang erat  menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan. Kekerabatan tidak akan wujud dengan meniadakan hak-hak individu orang banyak.

 

Pembentukan karakter atau watak berawal dari penguatan unsur unsur perasaan, hati (qalbin Salim) yang menghiasi nurani manusia dengan nilai-nilai luhur yang tumbuh mekar dengan  kesadaran kearifan  dalam kecerdasan budaya serta memperhalus kecerdasan emosional  serta dipertajam oleh kemampuan periksa  evaluasi positif dan negatif  atau kecerdasan rasional intelektual yang dilindungi oleh kesadaran yang melekat pada keyakinan (kecerdasan spiritual) yakni hidayah Islam.

Watak yang sempurna dengan nilai nilai luhur (akhlaqul karimah) ini akan melahirkan tindakan terpuji, yang tumbuh dengan motivasi (nawaitu) yang bersih (ikhlas).

 

 

II. MASYARAKAT ABSSBK  DI SUMATERA BARAT

Nilai-nilai ajaran Islam mengajarkan agar setiap Muslim wajib mengagungkan Allah dan menghargai nikmatNya yang menjadi sumber dari rezeki, kekuatan, kedamaian dan membimbing manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya.

 

Karena itu gambaran budaya Minangkabau berdasarkan ABSSBK menjadi kemestian menempatkan nan Bana, Nan Badiri sandiri nya” atau “Al Haq” itu hanyalah ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Dialah Yang Maha Khaliq, yang telah menciptakan Alam Semesta dan Memberikan Petunjuk/Pedoman Hidup Manusia di tengah peta alam semesta itu.

 

Pengamalan syari’at agama Islam dengan keimanan (tauhid) yang benar akan mendorong setiap muslim memahami tentang arti kehidupan.

 

 اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ  وَالَّذِينَ كَفَرُوا  أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ  يُخْرِجُونَهُمْ  مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ

Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang beriman yang mengeluarkan mereka dari berbagai kegelapan kepada nur(hidayah-Nya). Dan orang-orang kafir itu pelindung-pelindung mereka ialah taghut ( sandaran kekuatan selain Allah) yang mengeluarkan mereka daripada nur (hidayah Allah) kepada berbagai kegelapan …. (Al-Baqarah, 257).

 

Masyarakat  Sumatera Barat dengan Penduduk terbesar memiliki ciri khas adat Minangkabau berfilososi ABSSBK) adalah Masyarakat Beradat Dan Beradab. Kegiatan hidup bermasyarakat dalam kawasan ini selalu dipengaruhi oleh berbagai lingkungan tatanan (”system”) pada berbagai tataran (”structural levels”).

 

Yang paling mendasar tatanan nilai dan norma dasar sosial budaya yang akan membentuk Pandangan  Hidup dan Panduan  Dunia (perspektif), yang akan (a). memengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat kota  dan kabupaten di Sumatera Barat, berupa sikap umum dan perilaku serta tata-cara pergaulan dari masyarakat itu. (b). menjadi landasan pembentukan pranata sosial keorganisasian dan pendidikan yang melahirkan berbagai gerakan dakwah dan bentuk kegiatan yang akan dikembangkan secara formal ataupun informal. (c). akan menjadi pedoman petunjuk perilaku bagi setiap dan masing-masing anggota masyarakat di dalam kehidupan sendiri-sendiri, maupun bersama-sama. (d). memberikan ruang dan batasan-batasan bagi pengembangan kreatif potensi pelajar (remaja) di Sumatera Barat  dalam menghasilkan buah karya sosial, budaya dan berdampak ekonomi, serta karya-karya pemikiran intelektual, yang akan menjadi mesin perkembangan dan pertumbuhan Sumatera Barat di segala bidang. 

 

III. PERANAN AKHLAQ MULIA (SYARA’  MANGATO adaik MAMAKAI)

Idealnya “Syara’ mangato, Adaik Mamakaikan”.  Agama Islam yang dianut masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat diyakini dapat menjadi penggerak pembangunan dan telah terbukti dalam sejarah yang panjang menjadi kekuatan mendinamisir masyarakat adat Minangkabau menampilkan jati diri  dalam adat mereka. 

 

Namun Realitasnya terjadi perbahan “adaik indak dipacik arek, agamo indak dipagang taguah”.

Tampak fenomena menyedihkan, diantaranya, 1). minat penduduk kepada pengamalan agama Islam di kampung-kampung mulai melemah, 2). dayatarik dakwah agama mulai kurang, 3). banyak bangunan agama yang kurang terawat, 4). Alim ulama suluah bendang dan guru-guru agama Islam yang ada mulai tidak diminati (karena kurang konsisten, ekonomi, pengetahuan, penguasaan teknologi, interaksi) masyarakat lingkungan. 5). banyak kalangan (pemuda, penganggur) tak mengindahkan pesan-pesan agama (indikasinya  domino di lapau, acara TV di rumah lebih digandrungi dari pada pesan-pesan agama di surau).  

Fenomena negatif ini berakibat langsung kepada angka kemiskinan makin meningkat (karena kemalasan, hilangnya motivasi, hapusnya kejujuran, musibah sosial mulai mengancam).

Dari perubahan itu tampil fenomena kehidupan dan perilaku yang menyedihkan. Diantaranya,  minat penduduk kepada pengamalan agama Islam di kampung-kampung mulai melemah. Daya tarik dakwah agama mulai kurang. Banyak bangunan agama yang kurang terawat. Alim ulama suluah bendang dan guru-guru agama Islam yang ada mulai tidak diminati (karena kurang konsisten, ekonomi, pengetahuan, penguasaan teknologi, interaksi) masyarakat lingkungan. Banyak kalangan (pemuda, penganggur) tak mengindahkan pesan-pesan agama (indikasinya  domino di lapau, acara TV di rumah lebih digandrungi dari pada pesan-pesan agama di surau).

Fenomena negatif ini berakibat langsung kepada angka kemiskinan makin meningkat (karena kemalasan, hilangnya motivasi, hapusnya kejujuran, musibah sosial mulai mengancam).

 

Pergeseran budaya yang terjadi adalah ketika mengabaikan nilai-nilai agama.  Pengabaian nilai-nilai agama, menumbuhkan penyakit social yang kronis, seperti menjauh dari aqidah tauhid , perilaku tidak mencerminkan akhlak Islami, suka melalaikan ibadah.  

Diantara Sulusinya mengupayakan Pendidikan yang diawali dengan pengenalan  Iman dan Akhlaq Qurani akan membawa anak didik meyakini kekuasaan Allah Azza Wajalla, serta mampu mengamalkan dalam akhlak mulia, sebagaimana pesan Rasulullah SAW, “takhallaquu bi akhlaqil-Llah .. Berperangailah anda dengan meniru sifat (akhlaq) Allah”.. Disini kita merasakan perlunya sentuhan langsung berupa aplikasi dari Syari’at Islam kedalam Adat Minangkbau lebih intensif.

Seorang dapat dikatakan “orang baik” apabila pergaulannya dan hubungan  dengan tetangga yang berada di lingkungannya baik. Dan jika sikap, tingkah laku dan prilakunya selalu meresahkan tetangganya, sehingga para tetangganya terganggu, hidupnya tidak nyaman dan mereka tidak merasakan ketenangan karena ulahnya, maka orang itu sangat dibenci dan dimurkai oleh Allah SWT.

 

Rasulullah SAW menegaskan dalam hadits beliau ,

 ….  لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارَهُ بِوَائِقَهُ  .. “Tidak dapat masuk sorga orang yang tetangganya tidak merasa  aman dari gangguannya”. (H.R. Muslim)

 

Apabila wasiat-wasiat Rasulullah berkenaan dengan masalah tetangga ini terealisir (terwujud) dalam kehidupan bermasyarakat, niscaya komunitas manusia atau masyarakat tersebut akan menjadi sebuah keluarga yang satu, yang selalu komitmen dalam memegang dan melaksanakan pesan-pesan ajaran Islam, yang senantiasa saling tolong-menolong, bahu membahu dalam kebaikan dan taqwa dan tidak tolong menolong dalam kejahatan dan dosa serta permusuhan. Dengan demikian amar ma’ruf dan nahi munkar akan terwujud, sehingga terciptalah sebuah masyarakat yang rukun, damai, aman, dan sentosa lagi penuh dengan keharmonisan dan sopan santun penduduknya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad dari Sayyidah Aisyah r.a, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda.

صِلَةُ الرَّحِمِ وَ حُسْنُ الخُلُقِ وَ حُسْنُ الِجَوارِ يُعَمِّرْنَ الدِّيَارَ وَ يُزِدْنَ فِى الأَعْمَارِ

“Silaturrahmi, berakhlak mulia serta bertetangga dengan baik akan membangun dunia dan memperpanjang usia”.

 

Sabda Rasul Allâh SAW mengingatkan, "Ada tiga faktor yang membinasakan manusia yaitu mengikuti hawa nafsu, kikir yang melampaui batas dan mengagumi diri sendiri (‘ujub)." (HR. al-Tirmidziy).

 

Ajakan dakwah Islamiyah, tidak lain adalah seruan kepada Islam, yaitu agama yang diberikan Khaliq untuk manusia. Islam adalah agama Risalah, yang ditugaskan kepada Rasul. Penyebaran serta penyiarannya dilanjutkan oleh da'wah. Di masa kini perlu digerakkan dengan terarah dan terpadu, gerakan da’wah  akhlaqul Karimah  diantaranya dengan pengamalan syari’at (syara’ mangato adaik mamakai) yang tujuannya untuk keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia. Kita menyadari bahwa Hilangnya Akhlak , umumnya disebabkan  Agama tidak diamalkan, Ibadah lalai, nilai etika budaya terabaikan,  akibatnya masyarakat akan hancur.

 

 

IV. PERAN PENDIDIKAN

Kita memahami, Wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah iqra (bacalah)  menghendaki perpindahan dari pasif menjadi aktif  dan dari diam kepada  gerak. yaitu; “Bacalah yang tertulis (Qauliyah), sehingga pengetahuan dan keahlian bertambah. Bacalah yang termaktub dalam rahasia alam (Kauniyah) yang beraneka warna, agar kamu jadi sadar dan mendapat sinar iman.” Membaca adalah proses timbal balik antara individu secara total dengan informasi simbolik menimba ilmu, menggali pengetahuan dan potensi alam.  

 

Berkembangnya budaya dan peradaban manusia di zaman modern dan era globalisasi, kondisi masyarakat pun mengalami perubahan drastis. Tuntutan hidup dalam segala aspek makin tinggi.  Keperluan manusia terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi tak terelakkan, dan telah menjadi prasyarat imperatif bagi perkembangan zaman dan inovasi peradaban.

 

Tantangan Pendidikan Generasi Muda di kota dan kabupaten di Sumatera Barat ke depan sangat berat. Hubungan kekerabatan  yang harmonis  dan baik amat diperlukan, dimulai dari rumah tangga, lingkungan sekolah, lingkungan kehidupan masyarakat, dapat dijadikan  modal utama, mengawal pendidikan berkarakter di Sumatera Barat. Ada perasaan malu, bila tidak membina hubungan dengan baik.

 

Seseorang akan dihargai, apabila ia berhasil menyatu dengan kaum/kelompoknya. Selalu terjaganya kaidah, ” nan tuo di hormati, nan ketek di sayangi, pandai ba gaul samo gadang”. Nilai-nilai ideal kehidupan itu terlihat pada, (1). adanya rasa memiliki bersama, (2). kesadaran terhadap hak milik, (3). kesadaran terhadap suatu ikatan kaum dan suku, (4). kesediaan untuk pengabdian, (3). terjaga  hubungan positif  akibat hubungan pernikahan,  hubungan semenda menyemenda, bako baki, ipa bisan, andan pasumandan, dan hubungan mamak kamanakan .

Ada kiat untuk meraih keberhasilan ; Dek sakato mangkonyo ado, dek sakutu mangkonyo maju, dek ameh sagalo kameh, dek padi  mangko jadi.  Artinya perlu kesepakatan  dalam tujuan bersama pencapaian cita-cita bersama,  “hasanah fid dunya wa hasanah fil akhirah”Amat diharapkan Dewan Pendidikan dapat berkembang menjadi pengawal pusat kebudayaan dengan karakter (marwah) yang bagaimanapun kelak dapat menjadi center of excelences (pusat musyawarah).

 

Perilaku luhur akan bergeser, dan menipisnya ukhuwah, serta berkembangnya perbuatan maksiat. Maka sekolah atau pendidikan berbasis aqidah, mesti menjadi cerminan idealitas masyarakat yang mempertahankan pembelajaran budi akhlak. Disini pentingnya pengenalan terhadap syari’at agama (Islam) menjadi salah satu solusi untuk mengatasi problematika keumatan dengan melaksanakan pendidikan aqidah pada anak-anak sejak usia dini (PAUD),  menambah ilmu dan menguatkan amal, menanamkan akhlak dengan menjaga ibadah dan pembentukan karakter umat dengan berpedoman wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasulullah SAW.

 

 

V. KHULASAHNYA ;

Islam membuka pintu kerja bagi setiap diri agar ia dapat memilih amal atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, pengalaman, dan pilihannya. Islam tidak akan menutup peluang kerja seseorang kecuali jika pekerjaan itu akan merusak fisik ataupun mental. Setiap pekerjaan yang merusak diharamkan oleh Islam. Mencari nafkah dengan bekerja secara halal adalah suatu kewajiban setiap muslim.

Upaya menyiapkan Masyarakat berprestasi, melalui pendidikan berkarakter, (1). Membudayakan Wahyu Al Quran, (2). Memakaikan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.  Inilah yang akan membri kontribusi penguatan keyakinan di dalam menata kehidupan masyarakat yang yang dicita-citakan, yakni “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur”.

Pendidikan berkarakter di Sumatera Barat dapat dilakukan dengan ; (a). Mendidik masyarakat formal, ataupun informal (pengajian, majelis ta’lim), dan (b). Menghidupkan dakwah membangun negeri.  Aplikasi Syari’at Islam di Minangkabau dengan membentuk generasi yang bertangguing jawab dengan memiliki ;

  1. Skill, keahlian, kepandaian dan keterampilan adalah faktor yang cukup menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang usaha dan pekerjaan. Dalam usaha dagang misalnya, diperlukan pengetahuan khusus seperti ekonomi umum, marketing, management, accounting (pembukuan), ditunjang oleh ketekukan..
  2. Iman dan Taqwa,  – menjadi jaminan keberhasilan dan keberkahan setiap usaha dan pekerjaan.
  3. Kejujuran, adalah modal setiap orang dalam bekerja yang terkadang terlupakan. Karena kejujuran seseorang dipercaya oleh orang lain. Jika seseorang menelantarkan kejujuran dengan berlaku khianat, curang atau culas, maka punahlah kepercayaan, sehingga sempitlah ruang geraknya dan sempit pula peluang rezekinya. Rasulullah SAW bersabda, “Pedagang yang jujur lagi dipercaya, adalah bersama para Nabi, Shadiqin dan para Syuhada (orang-orang yang mati syahid)”. (H.R. Tirmidzi dan Hakim).
  4. Azam yakni kemauan keras  dan Istiqamah (tekun, fokus dan konsisten). Kemauan keras untuk terus maju (azam), tekun (istiqamah) dan sabar memegang peranan penting dalam dunia usaha. Pekerja yang berhasil adalah mereka yang tidak pernah lesu, loyo, apalagi putus asa. Mereka selalu memiliki azam dan istiqamah dalam bekerja dan membina usaha, dengan melahirkan inisiatif, daya cipta, gagasan dan kreasi-kreasi baru dalam rangka meningkatkan karya dan pengembangan usahanya. Sikap mental (qalbu) berupa azam dan istiqamah perlu diterapkan oleh para pelaku usaha, setiap pekerja, pemimpin dan bawahan di semua profesi yang ia tekuni.

Beberapa faktor yang menjadikan  seseorang berhasil dan memperoleh keberkahan di dalam usaha atau kerjanya, selain faktor fisik material, serta modal atau kapital dan alat-alat pendukungnya, maka faktor mental spritual amat menentukan. Kecerdasan mental spiritual ini akan dikuat kokohkan oleh pengenalan dan pengamalan Syari’at Agama Islam sejak usia dini di bangku pelajaran di sekolah-sekolah.

 

Moga Allah memberkati.

Wassalam

Buya H.Masoed Abidin

Padang, 17 Oktober 2010

 

Trackback(0)
Comments (0)

Write comment
You must be logged in to a comment. Please register if you do not have an account yet.