Home
Daftar Anggota
Galleri
Resep
Restoran Minang
Games
Download
Kamus Minang
Chat
Bursa Iklan
Radio Online
Weblink
SPTT Cimbuak
Cimbuak Toolbar
Menu Situs
Berita
Artikel
Prosa
Tokoh Minang
Adat Budaya
Agama
Kolom Khusus
Pariwisata
Berita Keluarga
Giring2 Perak
Berita Yayasan
Pituah

Nan Buto pahambuih lasuang
Nan pakak palapeh badie
Nan lumpuah pauni rumah
Nan kuek paangkuik baban
Nan jangkuang jadi panjuluak
Nan randah panyaruduak
Nan Pandai tampek batanyo
Nan cadiak bakeh baiyo
Nan kayo tampek batenggang

Milis Minang
Rantaunet
Surau
Aktivis Minang
Media Padang
PosMetro Padang

Bukittinggi di Patahan Sumatera
Written by Mohd. Gempita Dt. Mangkuto Ameh   
Tuesday, 11 July 2006
Patahan Sumatra
Ketika gempa bumi Padang Panjang tahun 2000an kemarin, yang merubuhkan beberapa rumah di kampung asal Taufik Kiemas (saya lupa nama kampungnya), koran memberitakan, daerah itu termasuk "daerah Patahan Sumatera yang aktif".


 
Setelah tsunami di Aceh, koran juga memberitakan bahwa kawasan Mentawai juga merupakan "daerah Patahan Sumatera yang aktif" yang berpotensi menimbulkan gelombang tsunami.
Ketika itu saya baru tahu, dari berita koran juga, bahwa Ngarai Sianok termasuk "daerah Patahan Sumatera". Namun belum pernah ada berita ataupun keterangan yang saya ketahui yang menyatakan Ngarai Sianok tersebut merupakan patahan yang aktif.
(Tambahan : Ketika orang ramai membicarakan pembangunan jembatan di atas Ngarai Sianok --semasa pertemuan Presiden RI dengan PM Malaysia-- saya sempat bertanya dalam hati, kalaupun ada dana, apakah laik membangun jembatan yang sedemikian panjangnya persis di atas Jalur Patahan? Tentu para "tukang insinyur" yang dapat memastikannya).
 
Gambar Patahan Sumatera di attachment, saya ambil di sini
Dari gambar yang dibuat LIPI ini, ternyata benar bahwa kampung kita (termasuk kota Solok) terletak di jalur Patahan Sumatera. Ngarai Sianok rupanya marupakan garis patahan itu, yang selama ini hanya dipahami terbentuk karena erosi.
 
Saya belum pernah mendengar cerita adanya "gempa Bukittinggi" yang terjadi pada tahun 1926 dan 1943 seperti dalam gambar pada attachment. Yang pernah saya dengar dari inyiak-inyiak dan Tuo-tuo adalah "gempa Padang Panjang" (entah itu tahun 1926 atau 1943 saya lupa). Cerita beliau, ketika gempa Padang Panjang itu, di Pulai (Koto Salayan) ada rumah batu yang runtuh.  Yang terbuat dari kayu selamat.
 
Disisi lain, saya ingat ketika Los Bagaluang di Pasar Atas Bukittinggi terbakar. Beberapa tahun kemudian pertokoan di samping timur Jl. Minangkabau juga terbakar. Pertokoan yang terbakar itu ketika itu sudah bertingkat dua.  Kata orang, itu bangunan zaman Belanda.
Kalau saya tidak salah ingat, ketika bangunan toko itu dibongkar, tidak ada rangka besinya.  Semuanya terbuat dari batu bata berlapis dua (atau 2,5 ?) yang dipasang bersilang, sehingga terlihat sangat tebal dan kokoh.  Ketebalannya dua kali atau lebih, dibanding ketebalan tembok rumah zaman sekarang.  "Gelung" melengkung yang menjadi koridor tempat orang berjalan di bawahnya, juga tidak menggunakan rangka besi.
 
Kalau bangunan di Jl. Minangkabau itu dibuat sebelum tahun 1926 atau sebelum tahun 1943, bagi saya yang awam tentang struktur bangunan tahan gempa, bisa dijadikan patokan bahwa apabila dibangun dengan ketebalan batu bata yang kokoh seperti itu, akan cukup aman juga bila ada gempa bumi.
Tantu nan paliang rancak, rumah-rumah baliak ka kayu baliak, saroman nan dibuek urang tuo saisuak.
Segala sesuatunya memang datang dari Allah, namun manusia perlu berikhtiar untuk yang terbaik.


Mohd. Gempita Dt. Mangkuto Ameh (52 thn)

Trackback(0)
Comments (3)

erby said:

:roll binguang ambo...
bukik kan kampuang ambo..
semoga elok2 men lah
 
report abuse
vote down
vote up
July 15, 2006
Votes: +0

BUJANG said:

klo bukiktinggi acok gampo...bisa-bisa jam gadang miriang pulo...ndak jam gadang namonyo lai.....tapi jadi jam miriang... :grin :grin :grin
 
report abuse
vote down
vote up
July 20, 2006
Votes: +0

awis.wisnedi said:

Betul sekali " nyiak Datuak " Sudah menjadi suratan takdirNya bahwasanya kita Rang Agam khususnya dan Rang Awak Padang pada umumnya, terletak dijalur pertemuan lempengan
belahan bumi. Sehingga yang namanya gempa adalah seuatu yang sangat tidak mungkin bagi kita untuk monolak kehadirannya. Apalagi ditambah dengan adanya gunung berapi yang masih aktif yang sewaktu waktu tampa kita bisa prediksi akan mengakibatkan gataran-getran , mengguncang bumi " Bundo Kanduang " tercinta ini

Seperti pesan inyiak tiga tahun yang lalu kita bisa menyiasati metode mmbangun yang yang kira kira tahan terhadap ayunan guncangan tinggi. Salah satunya alaha kembali memilih bahan kayu atau bambu. Disamping bahanya masih bisa didapatkan dari daerah kita.

Disamping itu bangunan rumah kayu bermanfaat juga untuk kesehatan kita. Apalagi lokasi pemukiman kita tereletak diaerah ketinggian dan berhawa sejuk.Tidur dipondok bambu lebih hangat dari pada kamar beton dan berlantai marmer.Meskipun dimusuhin oleh dokter karena kurangnya pasien yang berpenyakit reumatik

Kembali ke Soal Ayunan... Di rumah kayu itu ada kesan tersendiri apalagi kalo ada yang mengoyang rumah tua.. Wong kucing lari aja, getrannya samape kedapur-dapur...
Yo... Ndak Nyiak....

 
report abuse
vote down
vote up
October 06, 2009
Votes: +1

Write comment
You must be logged in to a comment. Please register if you do not have an account yet.

Last Updated ( Friday, 21 July 2006 )
 
< Prev   Next >




Member Area
Status Radio
Radio Online Minang
Yayasan Palanta Cimbuak
Yayasan Palanta Cimbuak
Dari Awak, Oleh Awak, Untuak Kampuang
Nio berpartisipasi? Silakan klik disiko
Cimbuak Features

Cimbuak Chat


Cimbuak Chat


Free Email


Free Email
Yayasan Cimbuak
Situs Terbaik
Online Sekarang
We have 6 guests and 4 members online
Generated in 0.81343 Seconds