HAMPIR dua tahun, Kota Payakumbuh terlambat menerapkan otonomi daerah. Akibat kemelut berkepanjangan antara legislatif dan eksekutif, baru pada September 2002, setelah pelantikan wali kota yang sah, otonomi mulai dilaksanakan. Pada tahun 2002 terjadi dua kali pergantian wali kota, dari Darlis Ilyas kepada Yulrizal Baharin, dan selanjutnya ke Josrizal Zain. Meski terlambat, hal itu tidak menyurutkan kota ini memantapkan diri sebagai pusat perdagangan, agroindustri, dan wisata budaya.
BERLARUTNYA perseteruan antara lembaga legislatif dan eksekutif menyebabkan program pembangunan tersendat. Bahkan, roda pemerintahan pun terhenti karena pegawai negeri berada dalam ketidakpastian dan sempat dinon-aktifkan. Selain roda pemerintahan terhenti, kegiatan masyarakat pun terbengkalai. Salah satunya, pacu itik 800- 1.000 meter, permainan tradisional khas Anak Nagari sempat terpendam.
Layaknya sebuah kota, struktur perekonomian Kota Payakumbuh didominasi kegiatan sektor tersier, antara lain meliputi perdagangan, angkutan, dan komunikasi, serta pelayanan jasa-jasa. Semua kegiatan tadi pada tahun 2001 menghasilkan tak kurang dari Rp 356 miliar, menguasai dua pertiga bagian dari total kegiatan ekonomi kota.
Pelayanan jasa-jasa, terutama jasa pemerintahan, membe- rikan kontribusi terbesar. Selain menjadi ibu kota bagi Kota Payakumbuh, Payakumbuh masih menjadi ibu kota kabupaten yang mengelilinginya, Kabupaten 50 Kota. Meski Kabupaten 50 Kota telah memiliki pemerintahan sendiri, pusat pemerintahan masih berada di wilayah Kota Payakumbuh. Ini menyebabkan sektor pelayanan jasa pemerintahan di Kota Payakumbuh memiliki porsi besar dalam total kegiatan perekonomian daerah. Ia menjadi pusat dua pemerintahan, sekaligus pusat perdagangan kedua daerah.
Kegiatan perdagangan di Payakumbuh, apalagi ingin menjadi sentra yang dicita-citakan, masih bergantung pada hasil-hasil pertanian daerah sekitarnya, terutama Kabupaten 50 Kota. Komoditas yang masuk ke Payakumbuh kemudian diperdagangkan ke Padang, Pekanbaru, Batam, bahkan ke luar negeri antara lain tembakau, gambir, hasil ternak, beras, gula aren, dan hasil bumi lainnya. Tahun 2001, aktivitas perdagangan Kota Payakumbuh bernilai Rp 105 miliar, meningkat 13,5 persen dari tahun sebelumnya.
Dari Payakumbuh, komoditas perdagangan yang potensial berasal dari industri-industri rumahan yang banyak membuat sulaman, bordiran, tenun tradisional, dan makanan khas daerah dari beras seperti batiah, beras rendang, dan gelamai (semacam dodol). Sentra industri ini berada di Kecamatan Payakumbuh Barat dan Payakumbuh Utara.
Industri-industri yang ada di sini berskala kecil, namun mampu berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Terdapat sekitar 10-15 eksportir yang memasarkan sulaman bordir dan songkok kepala ke Malaysia melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Bahan baku yang digunakan pengusaha- pengusaha garmen ini berasal dari Bukittinggi dan Padang.
Peluang ekspor komoditas andalan baru terbuka bagi pengusaha garmen. Sementara pengusaha makanan khas daerah baru mampu memasarkan produknya secara lokal (kawasan Sumatera Barat). Untuk menjangkau pasar luar negeri, pengusaha makanan masih terbentur pada masalah kemasan yang menentukan daya tarik dan daya tahan makanan.
Dilihat dari ketenagakerjaan, sepertiga dari 44.554 tenaga kerja bekerja di sektor perdagangan, sementara 21 persen bekerja di sektor jasa-jasa. Jumlah sebanyak ini sangat mendukung untuk menggiatkan perdagangan karena akan menyerap konsumsi barang lebih banyak. Sedangkan sektor pertanian dikembangkan oleh sekitar 10.000 tenaga kerja (22 persen).
Dalam kegiatan pertanian, komoditas yang turut menggerakkan perdagangan berasal dari kelompok tanaman bahan pangan. Produktivitas padi cukup tinggi di wilayah perkotaan ini. Dari lahan 6.845 hektar, produksi padi 33.835 ton. Selain dikonsumsi sebagai bahan makanan pokok, beras dimanfaatkan untuk membuat makanan khas daerah. Jenis tanaman lain yang cukup berlimpah adalah ubi kayu, pisang, rambutan, mentimun, dan kangkung.
Di sektor peternakan, Payakumbuh termasuk produsen ternak cukup besar di Sumatera Barat. Produksi daging sapi, kerbau, kuda, kambing, ayam, dan itik tahun 2002 lalu 2,3 juta ton. Sementara produksi telur dari ayam ras, ayam kampung, dan itik 1,9 juta ton.
Untuk menjadi sentra perdagangan, sarana pendukung di Kota Payakumbuh menjadi penting ditingkatkan. Kota ini melengkapi diri dengan empat unit pasar dan pusat pertokoan yang menampung kegiatan pedagang. Namun, jangan dulu berharap di sini dapat ditemukan gudang-gudang tempat penyimpanan barang dagangan agar tahan lama. Baru dalam tahap wacana di tingkat pemerintahan keinginan membangun sistem pergudangan yang mendukung aktivitas perdagangan yang modern.
Infrastruktur jalan juga mulai ditingkatkan kondisinya. Saat ini tengah dibangun jalan lingkar luar bagian utara (10,45 km) dan selatan (15,34 km) yang menghubungkan Kota Pekanbaru dan Bukittinggi, disebut dengan Payakumbuh Bypass. Pembangunan jalan senilai Rp 31 miliar yang berasal dari pinjaman pemerintah pusat ke Bank Pembangunan Asia (ADB) ini diharapkan mampu menunjang perekonomian kota. Termasuk mengalihkan kepadatan lalu lintas di jalan nasional yang melalui pusat kota ke bagian utara dan selatan.
Bila pembangunan jalan tadi selesai, Payakumbuh optimistis mampu menangkap peluang wisata dari kebiasaan orang Riau (Pekanbaru) yang suka berakhir pekan ke wilayah Sumatera Barat, seperti Bukittinggi dan Padang. Kondisi Bukittinggi yang mulai kewalahan menampung tumpahan wisatawan domestik dari Pekanbaru membuka peluang bagi Payakumbuh mengembangkan perhotelan.
Payakumbuh diuntungkan karena wilayahnya dilalui rute Pekanbaru-Bukittinggi. Sementara jarak Payakumbuh- Bukittinggi 30 kilometer bisa ditempuh setengah jam berkendaraan. Karena memiliki letak yang strategis ini, Payakumbuh optimistis mengembangkan kegiatan perdagangan, perhotelan, dan restoran.
Peluang Masyarakat, Perantau, dan Investor
BETAPA gembiranya masyarakat Kota Payakumbuh, sekitar 125 km timur Padang, ibu kota Provinsi Sumatera Barat, mempunyai wali kota definitif sejak September 2002 lalu. Sebelumnya, mereka merasa menjadi "korban perseteruan" antara DPRD dan Wali Kota Payakumbuh waktu itu, Darlis Ilyas SH, yang setelah sekitar setahun dimosi tak percaya DPRD, dicopot dari jabatannya.
Sempat ada pemerintahan transisi yang dijabat beberapa bulan oleh Drs H Yulrizal Baharin Msi guna membenahi dan mempersiapkan pemerintahan definitif. Kepercayaan dan dukungan masyarakat kepada pemerintah kembali tumbuh tatkala Yulrizal Baharin, ketika itu, mampu merangkul semua pihak.
"Dengan wali kota yang definitif sekarang, kami berharap suara-suara masyarakat untuk membangun dan memajukan Kota Payakumbuh agar menjadi perhatian serius. Pemerintah jadilah fasilitator yang baik, jangan memaksakan program yang bukan kebutuhan masyarakat," kata Yulfian Azrial, budayawan setempat.
Hal senada diungkap sejumlah masyarakat Kota Payakumbuh terhadap pemerintahan definitif sekarang. "Citra Kota Payakumbuh sebagai salah satu kota terdepan sejak zaman sebelum kemerdekaan (Pemerintahan Belanda dan Jepang) di Sumatera Barat perlu terus dijaga dan lebih maju serta berkembang," ujar Adri Sandra, sastrawan asal Payakumbuh.
Apa yang menjadi dambaan masyarakat itu ternyata ditangkap H Josrizal Zain SE MM dan Benny Muchtar MM, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Payakumbuh. "Dalam setiap program kerja, arah kita adalah mengembangkan ekonomi warga kota. Pembangunan kota yang terdiri atas delapan nagari dan 73 jorong ini akan dilaksanakan secara gotong royong," ujarnya.
Salah satu strategi ke arah itu adalah memperhatikan gagasan, ide-ide yang bernas dari berbagai lapisan masyarakat, dan suatu lokakarya merencanakan hari depan Kota Payakumbuh. "Yang mereka cita-citakan itu, setelah dikumpulkan dan ditimbang-timbang bersama, diformulasikan dalam bentuk cita-cita bersama, yaitu menjadikan Kota Payakumbuh kota agroindustri, kota perdagangan, dan kota wisata budaya. Sebuah kota akan berkembang pesat apabila warganya terdiri atas usahawan yang gigih dan kreatif, serta karyawan yang produktif. Keduanya akan difasilitasi penuh oleh pemerintah kota. Pemerintah akan menempati kedudukan sebagai fasilitator yang cerdas, sedangkan warga kota sebagai pendayung yang tangguh dalam perjalanan panjang sebuah kota yang sedang mengembangkan diri mewujudkan cita-cita," jelas Wali Kota Josrizal Zain.
MENCERMATI posisi Kota Payakumbuh yang terletak di pintu gerbang kawasan timur dan mempunyai prospek ekonomi yang bagus dengan hinterland-nya (Pekanbaru, Padang, Batam, Singapura, Johor, Brunei, India, Arab Saudi, dan Jepang), kata Wakil Wali Kota Benny Muchtar, dalam program kerja lima tahun ke depan ada tiga tujuan antara yang ingin dicapai. Yakni, berkembangnya ekonomi warga kota, rapinya tatanan masyarakat perkotaan, dan meningkatnya kinerja pemerintahan kota.
Untuk mengembangkan ekonomi warga kota, kegiatan pertama yang direncanakan adalah meningkatkan jumlah investasi dan modal usaha. Payakumbuh bertekad menjadi kota yang sanggup menghidupi warganya dengan berbagai macam mata pencaharian, yang terkait dengan industri pengolahan hasil-hasil pertanian dan peternakan. Untuk mendirikan berbagai macam industri pengolahan itu, diperlukan kehadiran investor/pengusaha, yang akan memanfaatkan peluang usaha.
"Ada 15 jenis usaha yang mempunyai prospek masa depan cerah, terbuka untuk masyarakat, investor, dan perantau. Antara lain pembangunan shooping centre, pasar konfeksi, pasar satelit, pengembangan agroindustri, pengembangan agribisnis, industri kemasan air mineral, Rest Point Kawasan Wisata Ngalau Indah, pembangunan lapangan golf dan hotel berbintang, rumah potong dan pasar ternak yang representatif, dan sumber pembangkit listrik tenaga air hidro mikro," papar Benny Muchtar.
Didampingi Asisten I Richard Moesa, Wakil Wali Kota Payakumbuh itu menjelaskan, Pemerintah Kota Payakumbuh mengagendakan presentasi peluang investasi ini-sekaligus jaminan keamanan berusaha-di Payakumbuh, Jakarta, Batam, dan kota-kota di mana perantau kaya asal Payakumbuh berdomisili.
Meski demikian, Anak Nagari yang berjumlah sekitar 80 persen dari 125.515 jiwa penduduk (2001) juga diberikan kesempatan berusaha. Dalam lima tahun ke depan akan ada empat jenis usaha Anak Nagari yang akan diurus Kerapatan Adat Nagari, yaitu kemitraan usaha ternak ayam potong, usaha penggemukan sapi potong, usaha ternak sapi bibit dengan menyediakan induk sapi unggul, dan usaha ternak itik petelur. Kegiatan kedua yang direncanakan adalah memperbaiki sarana perkotaan untuk memberi tempat yang pas berbagai usaha yang akan ditumbuhkan di Kota Payakumbuh. Kemudian perbaikan/penataan pasar dan pusat pertokoan/perkantoran swasta, serta mengembangkan kawasan industri yang diperlukan untuk mendukung hal itu.
TEKAD Pemerintah Kota Payakumbuh lebih menyejahterakan warganya dibuktikan dengan program kerja lima tahun (2004-2008) dalam berbagai bidang.
Wali Kota Josrizal Zain melukiskan, misalnya menjaga supaya Kota Payakumbuh tetap menjadi tempat tinggal dan tempat berusaha yang menyenangkan, ada beberapa kegiatan antara lain normalisasi sungai-sungai dalam kota, melengkapi dan memperbaiki saluran drainase perkotaan, mengembangkan dan memperbaiki sistem irigasi pertanian, membangun taman kota serta ruang terbuka hijau.
"Salah satu pilar yang memungkinkan terciptanya kesejahteraan dalam masyarakat adalah tegaknya hukum dalam masyarakat," kata Josrizal Zain.
Sumber : http://pilkada.partai-golkar.or.id
Trackback(0)
|