Page 1 of 2 Pantun pernah memegang peranan penting dalam kesenian Minangkabau. Orang Minang sering mengungkapkan perasaannya dengan pantun, bahkan berdialog,bersahutan kata dengan pantun. Pada zamannya pantun itu sangat dimengerti dan dihayati oleh orang Minang, termasuk anak muda, orang dewasa sampai pada orang tua , baik pria maupun wanita. Bahkan demikian terharunya orang-orang yang mendengarkan pantun itu, sampai ada yang meneteskan air mata, atau yang tertawa cekikikan. Apalagi kalau pantun itu didendangkan beserta dengan iringan saluang atau rebab.
Sekarang ini zaman seperti itu sudah lewat, orang Minang yang masih menghayati Dan minkmati irama pantun tinggal beberapa orang saja lagi yang umumnya sudah berumur 70 tahun keatas. Dan dapat diperkirakan bahwa dalam waktu dekat ini mereka sudah akan hilang dari peredaran. Usaha-usaha yang bertujuan untuk melestarikan pantun inipun sudah jarang terdengar. Seperti acara-acara kesenian saluang, rebab, kesenian randai ataupun pasambahan adat yang sering diiringi dengan pantun nasehat, pantun kias dan sebagainya, sudah jarang terdengar. Walaupun ada acara-acara semacam itu, peminatnya terbatas pada orang tua-tua saja. Kesenian semacam itu tidak cocok lagi dengan selera anak-anak muda sekarang ini, yang tidak lagi menyukai irama yang meliuk-liuk, yang lemah gemulai dan sejenisnya. Mereka lebih menyukai irama yang keras, tegas dan ringkas, yang pengertiannya dapat ditangkap dengan cepat. Anak-anak muda sekarang tidak tertarik lagi dengan bahasa kiasan, yang berbentuk tamsil atau bahasa sindiran, mereka lebih menyukai bahasa yang jelas to the point. Mereka juga tidak menyukai bahasa yang panjang-panjang, bertele-tele ,berkelok-kelok, mereka lebih menyukai bahasa yang ringkas,cepat bisa dimengerti. Kalaupun ada satu program sekarang ini yang ingin melestarikan kesenian pantun dan ingin mengembalikan pantun pada masa jayanya dulu dikalangan masyarakat Minang, nampaknya tidak akan berhasil, akan gagal, sesuatu yang tidak akan mungkin lagi. Penulisan buku inipun tidaklah dimaksudkan untuk mengembalikan kejayaan pantun seperti dulu lagi, akan tetapi hanyalah sebagai arsip sejarah, katakanlah sebagai Museum Pantun Minang, suatu dokumen tertulis yang dapat dibaca dan dipelajari bila pada suatu waktu ada yang ingin melakukannya. Dengan membaca buku ini , baik sekarang maupun dimasa-masa yang akan datang, diharapkan seseorang akan mengetahui bahwa kesenian pantun Minangkabau itu sun gguh dalam dan luas artinya mengandung petunjuk dan pedoman hidup didunia ini, dan sebagai mengungkapkan “Alam takambang jadi guru” dalam bentuk kesenian. Dan juga para pembaca buku ini diharapkan akan mengetahui bahwa masyarakat Minagkabau perneh mempunyai satu bentuk kesenian yang sangat tinggi nilainya, yang banyak berisi petunjuk, nasehat dan pedoman hidup yang amat berguna, yang bila didalamni adalah seirama dengan syari’at Islam, sehingga benar-benar merupaka salah satu bukti dari pernyataan: “adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.”
|