Sawahlunto - Bagi kaum ibu warga Mundam Sakti, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Sumatera Barat, belalang bagai sumber makanan yang tak ada habisnya, seusai musim panen padi. Hampir sepanjang malam mereka turun ke sawah, mencari belalang untuk santapan makan keluarga.
Usai sholat isya, Janewar, bersiap hendak turun ke sawah. Perlengkapan untuk menangkap belalang tengah dipersiapkan. Malam itu, Janewar bersama ibu-ibu lainnya warga Mundam Sakti, hendak berburu si kaki panjang, yang hinggap di pucuk rerumputan liar.
Berbekal lampu colok atau obor, dan botol plastik bekas air mineral, rombongan kaum ibu, segera bersiap menuju ke sawah. Kerlap kerlip cahaya obor, menerangi perjalanan mereka menyusuri pematang sawah. Sesekali terdengar gelak tawa, menandakan kegembiraan menyambut datangnya musim panen belalang, yang akan berlangsung selama 2 hingga 3 bulan.
Setiba di sawah, si kaki panjang, langsung menjadi sasaran perburuan. Kondisi sawah yang masih berlumpur, tak menjadi halangan. Begitu si kaki panjang terlihat, tangan harus cekatan menangkapnya, agar tak keburu melompat. Berburu belalang bukannya tanpa resiko. Jika mata tak awas, bisa-bisa salah tangkap.
Selain warna belalang tak jauh beda dengan warna rumput tempat hinggapnya, tidak semua jenis belalang yang terdapat di sawah, bisa dimakan. Mata harus jeli mengenali 3 jenis belalang yang enak disantap, seperti jenis sianjung, beras, dan ponggok. resiko lain, jika tak hati-hati, ular sawah dan lintah, sewaktu-waktu dapat menyerang. Setelah dirasa cukup hasil tangkapan belalang malam itu, rombongan kaum ibu segera beranjak pulang.
Karena musim belalang tidak setiap saat datang, maka masakan yang terhidang, benar-benar diolah hingga mengundang selera makan. Begitu balado atau gulai belalang disajikan, semua jerih payah di sawah malam itu, terlupakan sudah. Dan esok malam, mereka akan kembali turun ke sawah, berburu belalang hingga musim tanam padi tiba.(Idh)
Sumber : www.indosiar.com
Trackback(0)
|