3. P E N G H U L U
1. Arti Penghulu
Setelah nenek moyang orang Minang mempunyai tempat tinggal yang tetap maka untuk menjamin kerukunan, ketertiban, perdamaian dan kesejahteraan keluarga, dibentuklah semacam pemerintahan suku.
Tiap suku dikepalai oleh seorang Penghulu Suku.
Hulu artinya pangkal, asal-usul, kepala atau pemimpin. Hulu sungai artinya pangkal atau asal sungai yaitu tempat dimana sungai itu berasal atau berpangkal. Kalang hulu artinya penggalang atau pengganjal kepala atau bantal.
Penghulu berarti Kepala Kaum Semua Penghulu mempunyai gelar Datuk Datuk artinya " Orang berilmu - orang pandai yang di Tuakan" atau Datu-datu.
Kedudukan penghulu dalam tiap nagari tidak sama. Ada nagari yang penghulunya mempunyai kedudukan yang setingkat dan sederajat. Dalam pepatah adat disebut "duduk sama rendah tegak sama tinggi". Penghulu yang setingkat dan sederajat ini adalah di nagari yang menganut "laras" (aliran) Bodi-Caniago dari keturunan Datuk Perpatih nan Sabatang. Sebaliknya ada pula nagari yang berkedudukan penghulunyu bertingkat-tingkat yang didalam adat disebut "Berjenjang naik bertangga turun", yaitu para Penghulu yang menganut laras (aliran) Koto - Piliang dari ajaran Datuk Katumanggungan.
Balai Adat dari kedua laras ini juga berbeda. Balai Adat dari laras Bodi Caniago dari ajaran Datuk Perpatih nan Sabatang lantainya rata, melambangkan "duduk sama rendah - tegak sama tinggi".
Balai Adat dari laras Koto Piliang yang menganut ajaran Datuk Katumanggungan lantainya mempunyai anjuang di kiri kanan, yang melambangkan kedudukan Penghulu yang tidak sama, tetapi "berjenjang naik - batanggo turun".
Kendatipun kedudukan para penghulu berbeda di kedua ajaran adat itu, namun keduanya menganut paham demokrasi. Demokrasi itu tidak ditunjukkan pada cara duduknya dalam persidangan, dan juga bentuk balai adatnya yang memang berbeda, tetapi demokrasinya ditentukan pada sistem "musyawarah - mufakat". Kedua sistem itu menempuh cara yang sama dalam mengambil keputusan yaitu dengan cara "musyawarah untuk mufakat".
2. Kedudukan dan peranan penghulu
Di dalam pepatah adat disebut;
Luhak Bapanghulu Rantau barajo
Hal ini berarti bahwa penguasa tertinggi pengaturan masyarakat adat di daerah Luhak nan tigo - pertama Luhak Tanah Datar - kedua Luhak Agam dan ketiga Luhak 50-Koto berada ditangan para penghulu. Jadi penghulu pemegang peranan utama dalam kehidupan masyarakat Adat. Pepatah merumuskan kedudukan dan peranan penghulu itu sebagai berikut;
Nan tinggi tampak jauh (Yang tinggi tampak jauh) Nan gadang jolong basuo (Yang besar mula ketemu) Kayu gadang di tangah padang (Pohon besar di tengah padang) Tampek balinduang kapanasan (Tempat berlindung kepanasan) Tampek bataduah kahujanan (Tempat berteduh kehujanan) Ureknyo tampek baselo (Uratnya tempat bersila) Batangnyo tampek basanda (Batangnya tempat bersandar) pai tampek batanyo (Pergi tempat bertanya) Pulang tampek babarito Pulang tempat berberita Biang nan akan menambuakkan ( Biang yang akan menembus) Gantiang nan akan mamutuihkan ( Genting yang akan memutus) Tampek mangadu sasak sampik (Tempat mengadu kesulitan)
Dengan ringkas dapat dirumuskan kedudukan dan peranan Penghulu sebagai berikut;
Sebagai pemimpin yang diangkat bersama oleh kaumnya sesuai rumusan adat
Jadi Penghulu sakato kaum Jadi Rajo sakato alam
Sebagai pelindung bagi sesama anggota kaumnya. Sebagai Hakim yang memutuskan semua masalah dan silang sengketa dalam kaumnya. Sebagai tumpuan harapan dalam mengatasi kehidupan kaumnya.
3. Syarat-syarat untuk menjadi Penghulu
Baik buruknya keadaan masyarakat adat akan ditentukan oleh baik buruknya Penghulu dalam menjalankan keempat fungsi utamanya diatas.
Pepatah menyebutkan sebagai berikut;
Elok Nagari dek Penghulu Elok tapian dek nan mudo Elok musajik dek Tuanku Elok rumah dek Bundo Kanduang.
Oleh karena Penghulu mempunyai tugas yang berat dan peranan yang sangat menentukan dalam masyarakat adat, maka dengan sendirinya yang harus diangkat jadi penghulu itu, adalah orang yang mempunyai "bobot" atas sifat-sifat tertentu.
Perlu dicatat disini bahwa Adat Minang secara mutlak menetapkan bahwa penghulu hanya pria dan tidak boleh wanita. Disini jelas dan mutlak pula bahwa sistem kekerabatan matrilinial tidak dapat diartikan dengan "wanita yang berkuasa". Satu dan lain karena keempat unsur utama seorang penghulu seperti sebagai Pemimpin, Pelindung, Hakim dan Pengayom yang merupakan unsur-unsur yang sangat dominan dalam menentukan "kekuasaan", berada di tangan pria yaitu di tangan penghulu yang justru mutlak seorang pria itu.
Pepatah adat menetapkan sifat-sifat orang yang disyaratkan menjadi penghulu itu adalah sebagai berikut;
Nan cadiak candokio (Yang cerdik cendekia) Nan arif bijaksano (Yang arif bijaksana) nan tau diunak kamanyangkuik (Yang tahu duri yang akan menyangkut) nan tau dirantiang kamancucuak (Yang tahu ranting yang akan menusuk) Tau diangin nan basiru (Tahu angin yang melingkar) Tau di ombak nan badabua (Tahu ombak yang berdebur) Tau dikarang nan baungguak (Tahu karang yang beronggok) Tau dipasang turun naiak (Tahu pasang turun naik) Tau jo ereng gendeng (Tahu sindiran tingkah polah) Tau dibayang kato sampai (Tahu bayangan ujud kata) alun bakilek lah bakalam (Belum dijelaskan sudah paham) Sakilek ikan dalam aie (Selintas ikan dalam air) Jaleh jantan batinyo (Jelas sudah jantan betinanya) Tau di cupak nan duo (Tahu dengan undang-undang yang dua puluh) Paham di Limbago nan sapuluah. (Tahu dengan lembaga hukum yang sepuluh.)
Dapat disimpulkan terdapat 4 (empat) syarat utama untuk dapat diangkat menjadi Penghulu diluar persyaratan keturunan sebagai berikut;
Berpengetahuan dan mempunyai kadar intelektual yang tinggi atau cerdik pandai. Orang yang arif bijaksana. Paham akan landasan pikir dan Hukum Adat Minang. Hanya kaum pria yang akil-balig, berakal sehat.
4. Sifat-Sifat Penghulu
Pakaian penghulu melambangkan sifat-sifat dan watak yang harus dipunyai oleh seorang penghulu. Arti kiasan yang dilambangkan oleh pakaian itu digambarkan oleh Dt. Bandaro dalam bukunya "Tambo Alam Minangkabau" dalam bahasa Minang sebagai berikut;
a. Destar
Niniek mamak di Minangkabau (Niniek mamak di Minangkabau) Nan badeta panjang bakaruik (Yang berdestar panjang berkerut) Bayangan isi dalam kuliek (Bayangan isi dalam kulit) Panjang tak dapek kito ukue (Panjang tak dapat kita ukur) Leba tak dapek kito belai (Lebar tak dapat kita sambung) Kok panjangnyo pandindiang korong (Panjangnya pendinding kampung) Leba pandukuang anak kamanakan (Lebarnya pendukung anak kemenakan) Hamparan di rumah tanggo (Hamparan di rumah tangga) Paraok gonjong nan ampek (Penutup gonjong yang empat) Tiok liku aka manjala (Tiap liku akal menjalar) Tiok katuak ba undang undang (Tiap lipatan berundang-undang) Dalam karuik budi marangkak ( Dalam kerutan budi merangkak) Tambuak dek paham tiok lipek (Tembus karena paham tiap lipatan) Manjala masuak nagari. (Menjalar masuk negeri.) b. Baju
Babaju hitam gadang langan Berbaju hitam berlengan lebar Langan tasenseng tak pambangih Lengan tersingsing tak pemarah Pangipeh Angek naknyo dingin Pengipas panas supaya dingin Pambuang nan bungkuak sarueh Pembuang yang bungkuk seruas Siba batanti timba baliek Pinggiran berenda timbal balik Gadang barapik jo nan ketek Besar berimpit dengan yang kecil Tando rang gadang bapangiriang Tandanya orang besar berpengiring Tatutuik jahit pangka langan Tertutup jahitan pangkal lengan Tando membuhue tak mambuku Tandanya membuhul tak mengesan Tando mauleh tak mangasan Tandanya menyambung tak kentara Lauik tatampuah tak berombak Laut ditempuh tak berombak Padang ditampuah tak barangin Padang ditempuh tak berangin Takilek ikan dalam aie Terlintas ikan dalam air Lah jaleh jantan batinonyo Sudah jelas jantan betinanya. Lihienyo lapeh tak bakatuak Lehernya lepas tak berkatup Tando pangulu padangnyo lapang Tandanya penghulu padangnya lapang alamnyo leba alamnya lebar (lapang dada/sabar) Indak basaku kiri jo kanan Tidak bersaku kiri dan kanan Tandonyo indak pangguntiang Tandanya bukan penggunting dalam dalam lipatan lipatan Indak panuhuak kawan seiriang Bukan penohok kawan seiring.
c. sarawa
Basarawa hitam ketek kaki Bercelana hitam kecil kaki kapanuruik alue nan luruih untuk menurut alur yang lurus panampuah jalan nan pasa untuk menempuh jalan yang wajar ka dalam korong jo kampuang ke dalam korong kampung sarato koto jo nagari serta koto dan negeri Langkah salasai baukuran Langkah bebas berukuran martabat nan anam membatasi martabat yang enam membatasi murah jo maha ditampeknyo murah dan mahal ditempatnya ba ijo mako bakato di eja baru berkata ba tolam mako bajalan di agak baru berjalan
d. Kain Sarung
Sarung sabidang ateh lutuik Sarung sebidang atas lutut patuik senteng tak bulieh dalam Pantasnya pendek tak boleh panjang patuik dalam tak bulieh senteng Pantasnya panjang tak boleh pendek karajo hati kasamonyo Kerja hati semuanya mungkin jo patuik baukuran Mungkin dan patut berukuran murah jo maha ditampeknyo Murah dan mahal ditempatnya
e. Karih
Sanjatonyo karih kabasaran Senjatanya keris kebesaran samping jo cawek nan tampeknyo sesamping dan cawat yang tempatnya sisiknyo tanaman tabu sisiknya tanaman tebu lataknyo condong ka kida letaknya miring ke kiri dikesong mako dicabuik dikisar baru dicabut Gembonyo tumpuan puntiang Hulunya tumpuan puntiang Tunangannyo ulu kayu kamat Tunangannya hulu kayu kamat bamato baliak batimba bermata timbal balik tajamnyo bukan alang kapalang tajamnya bukan alang kepalang tajamnyo pantang melukoi tajamnya pantang melukai mamutuih rambuik diambuihkan putus rambut ditiupkan Ipuahnyo turun dari langit Racunnya turun dari langit bisonyo pantang katawaran bisanya pantang berpenawar jajak ditikam mati juo jejak ditikam mati juga ka palawan dayo rang aluih untuk melawan kekuatan gaib ka palunak musuh di badan untuk pelunak musuh didiri bagai papatah gurindam adat bagai pepatah gurindam adat Karih sampono Ganjo Erah Keris sempurna Ganja Erah lahie bathin pamaga diri Lahir batin pemagar diri Kok patah lidah bakeh Allah Kalau patah lidah kepada Tuhan patah karih bakeh mati Patah keris berarti mati
f. Tungkek
Pamenannyo tungkek kayu kamat Mainannya tongkat kayu kamat ujuang tanduk kapalo perak Ujung tanduk kepala perak panungkek adat jo pusako penopang adat dan pusaka Gantang nak tagak jo lanjuangnyo Gantang supaya tegak dengan bubungannya sumpik nan tagak jo isinyo karung supaya tegak dengan isinya
5. Peringatan bagi Penghulu
Falsafah pakaian rang penghulu Falsafah pakaian bagi penghulu Di dalam luhak ranah Minang Di dalam luhak Ranah Minang Kalau ambalau meratak ulu Kalau ambalau meretak hulu Puntiang tangga mato tabuang Tangkai lepas mata terbuang Kayu kuliek mengandung aie Kayu kulit mengandung air Lapuknyo sampai kapanguba Lapuknya sampai kepenguba (inti) Binaso tareh nan di dalam Binasa teras yang di dalam Kalau penghulu berpaham caie Kalau penghulu berpaham cair Jadi sampik alam nan leba Jadi sempit alam yang lebar Dunia akhirat badan tabanam Dunia akhirat badan terbenam Elok nagari dek pangulu Elok negeri karena penghulu Rancak tapian dek nan mudo Cantik tepian karena yang muda Kalau kito mamacik ulu Kalau kita memegang hulu Pandai menjago puntiang jo mato Pandai menjaga tangkai dan mata Petitih pamenan andai Petitih mainan andai Gurindam pamenan kato Gurindam mainan kata Jadi pangulu kalau tak pandai Jadi penghulu kalau tak pandai Caia nagari kampung binaso Hancur negeri kampung binasa Adat ampek nagari ampek Adat empat negeri empat Undangnyo ampek kito pakai Undangnya empat kita pakai Cupak jo gantang kok indak dapek Cupak dan gantang kalau tak dapat Luhak nan tigo tabangkalai Luhak yang tiga terbengkalai Payakumbuah baladang kunik Payakumbuh berladang kunir Dibao urang ka Kuantan Dibawa orang ke Kuantan Bapantang kuning dek kunik Pantang kuning karena kunir Tak namuah lamak dek santan Tak ingin enak karena santan
Trackback(0)
|