Home
Daftar Anggota
Galleri
Resep
Restoran Minang
Games
Download
Kamus Minang
Chat
Bursa Iklan
Radio Online
Weblink
SPTT Cimbuak
Cimbuak Toolbar
Menu Situs
Berita
Artikel
Prosa
Tokoh Minang
Adat Budaya
Agama
Kolom Khusus
Pariwisata
Berita Keluarga
Giring2 Perak
Berita Yayasan
Pituah

Balabiah ancak ancak
Bakurang sio sio
Diagak mangko diagiah
Dibaliak mangko dibalah
Bayang bayang sapanjang badan
Milis Minang
Rantaunet
Surau
Aktivis Minang
Media Padang
PosMetro Padang

BAB IV : Peraturan Adat (3)
Written by Admin   
Wednesday, 29 December 2004

3. P E N G H U L U

1. Arti Penghulu

Setelah nenek moyang orang Minang mempunyai tempat tinggal yang tetap maka untuk menjamin kerukunan, ketertiban, perdamaian dan kesejahteraan keluarga, dibentuklah semacam pemerintahan suku.

Tiap suku dikepalai oleh seorang Penghulu Suku.

Hulu artinya pangkal, asal-usul, kepala atau pemimpin. Hulu sungai artinya pangkal atau asal sungai yaitu tempat dimana sungai itu berasal atau berpangkal. Kalang hulu artinya penggalang atau pengganjal kepala atau bantal.

Penghulu berarti Kepala Kaum
Semua Penghulu mempunyai gelar Datuk
Datuk artinya " Orang berilmu - orang pandai yang di Tuakan" atau Datu-datu.

Kedudukan penghulu dalam tiap nagari tidak sama. Ada nagari yang penghulunya mempunyai kedudukan yang setingkat dan sederajat. Dalam pepatah adat disebut "duduk sama rendah tegak sama tinggi". Penghulu yang setingkat dan sederajat ini adalah di nagari yang menganut "laras" (aliran) Bodi-Caniago dari keturunan Datuk Perpatih nan Sabatang. Sebaliknya ada pula nagari yang berkedudukan penghulunyu bertingkat-tingkat yang didalam adat disebut "Berjenjang naik bertangga turun", yaitu para Penghulu yang menganut laras (aliran) Koto - Piliang dari ajaran Datuk Katumanggungan.

Balai Adat dari kedua laras ini juga berbeda. Balai Adat dari laras Bodi Caniago dari ajaran Datuk Perpatih nan Sabatang lantainya rata, melambangkan "duduk sama rendah - tegak sama tinggi".

Balai Adat dari laras Koto Piliang yang menganut ajaran Datuk Katumanggungan lantainya mempunyai anjuang di kiri kanan, yang melambangkan kedudukan Penghulu yang tidak sama, tetapi "berjenjang naik - batanggo turun".

Kendatipun kedudukan para penghulu berbeda di kedua ajaran adat itu, namun keduanya menganut paham demokrasi. Demokrasi itu tidak ditunjukkan pada cara duduknya dalam persidangan, dan juga bentuk balai adatnya yang memang berbeda, tetapi demokrasinya ditentukan pada sistem "musyawarah - mufakat". Kedua sistem itu menempuh cara yang sama dalam mengambil keputusan yaitu dengan cara "musyawarah untuk mufakat".


2.  Kedudukan dan peranan penghulu

Di dalam pepatah adat disebut;

Luhak Bapanghulu
Rantau barajo

Hal ini berarti bahwa penguasa tertinggi pengaturan masyarakat adat di daerah Luhak nan tigo - pertama Luhak Tanah Datar - kedua Luhak Agam dan ketiga Luhak 50-Koto berada ditangan para penghulu. Jadi penghulu pemegang peranan utama dalam kehidupan masyarakat Adat.
Pepatah merumuskan kedudukan dan peranan penghulu itu sebagai berikut;

Nan tinggi tampak jauh  (Yang tinggi tampak jauh)
Nan gadang jolong basuo  (Yang besar mula ketemu)
Kayu gadang di tangah padang  (Pohon besar di tengah padang)
Tampek balinduang kapanasan  (Tempat berlindung kepanasan)
Tampek bataduah kahujanan  (Tempat berteduh kehujanan)
Ureknyo tampek baselo  (Uratnya tempat bersila)
Batangnyo tampek basanda  (Batangnya tempat bersandar)
pai tampek batanyo  (Pergi tempat bertanya)
Pulang tampek babarito  Pulang tempat berberita
Biang nan akan menambuakkan ( Biang yang akan menembus)
Gantiang nan akan mamutuihkan ( Genting yang akan memutus)
Tampek mangadu sasak sampik  (Tempat mengadu kesulitan)

Dengan ringkas dapat dirumuskan kedudukan dan peranan Penghulu sebagai berikut;

Sebagai pemimpin yang diangkat bersama oleh kaumnya sesuai rumusan adat


Jadi Penghulu sakato kaum
Jadi Rajo sakato alam


Sebagai pelindung bagi sesama anggota kaumnya.
Sebagai Hakim yang memutuskan semua masalah dan silang sengketa dalam kaumnya.
Sebagai tumpuan harapan dalam mengatasi kehidupan kaumnya.


3.  Syarat-syarat untuk menjadi Penghulu

Baik buruknya keadaan masyarakat adat akan ditentukan oleh baik buruknya Penghulu dalam menjalankan keempat fungsi utamanya diatas.

Pepatah menyebutkan sebagai berikut;

Elok Nagari dek Penghulu
Elok tapian dek nan mudo
Elok musajik dek Tuanku
Elok rumah dek Bundo Kanduang.

Oleh karena Penghulu mempunyai tugas yang berat dan peranan yang sangat menentukan dalam masyarakat adat, maka dengan sendirinya yang harus diangkat jadi penghulu itu, adalah orang yang mempunyai "bobot" atas sifat-sifat tertentu.

Perlu dicatat disini bahwa Adat Minang secara mutlak menetapkan bahwa penghulu hanya pria dan tidak boleh wanita. Disini jelas dan mutlak pula bahwa sistem kekerabatan matrilinial tidak dapat diartikan dengan "wanita yang berkuasa". Satu dan lain karena keempat unsur utama seorang penghulu seperti sebagai Pemimpin, Pelindung, Hakim dan Pengayom yang merupakan unsur-unsur yang sangat dominan dalam menentukan "kekuasaan", berada di tangan pria yaitu di tangan penghulu yang justru mutlak seorang pria itu.

Pepatah adat menetapkan sifat-sifat orang yang disyaratkan menjadi penghulu itu adalah sebagai berikut;

Nan cadiak candokio  (Yang cerdik cendekia)
Nan arif bijaksano  (Yang arif bijaksana)
nan tau diunak kamanyangkuik  (Yang tahu duri yang akan menyangkut)
nan tau dirantiang kamancucuak  (Yang tahu ranting yang akan menusuk)
Tau diangin nan basiru  (Tahu angin yang melingkar)
Tau di ombak nan badabua  (Tahu ombak yang berdebur)
Tau dikarang nan baungguak  (Tahu karang yang beronggok)
Tau dipasang turun naiak  (Tahu pasang turun naik)
Tau jo ereng gendeng  (Tahu sindiran tingkah polah)
Tau dibayang kato sampai  (Tahu bayangan ujud kata)
alun bakilek lah bakalam  (Belum dijelaskan sudah paham)
Sakilek ikan dalam aie  (Selintas ikan dalam air)
Jaleh jantan batinyo  (Jelas sudah jantan betinanya)
Tau di cupak nan duo  (Tahu dengan undang-undang yang dua puluh)
Paham di Limbago nan sapuluah.  (Tahu dengan lembaga hukum yang sepuluh.)

Dapat disimpulkan terdapat 4 (empat) syarat utama untuk dapat diangkat menjadi Penghulu diluar persyaratan keturunan sebagai berikut;

Berpengetahuan dan mempunyai kadar intelektual yang tinggi atau cerdik pandai.
Orang yang arif bijaksana.
Paham akan landasan pikir dan Hukum Adat Minang.
Hanya kaum pria yang akil-balig, berakal sehat.


4.  Sifat-Sifat Penghulu

Pakaian penghulu melambangkan sifat-sifat dan watak yang harus dipunyai oleh seorang penghulu. Arti kiasan yang dilambangkan oleh pakaian itu digambarkan oleh Dt. Bandaro dalam bukunya "Tambo Alam Minangkabau" dalam bahasa Minang sebagai berikut;

a.  Destar

Niniek mamak di Minangkabau  (Niniek mamak di Minangkabau)
Nan badeta panjang bakaruik  (Yang berdestar panjang berkerut)
Bayangan isi dalam kuliek  (Bayangan isi dalam kulit)
Panjang tak dapek kito ukue  (Panjang tak dapat kita ukur)
Leba tak dapek kito belai  (Lebar tak dapat kita sambung)
Kok panjangnyo pandindiang korong  (Panjangnya pendinding kampung)
Leba pandukuang anak kamanakan  (Lebarnya pendukung anak kemenakan)
Hamparan di rumah tanggo  (Hamparan di rumah tangga)
Paraok gonjong nan ampek  (Penutup gonjong yang empat)
Tiok liku aka manjala  (Tiap liku akal menjalar)
Tiok katuak ba undang undang  (Tiap lipatan berundang-undang)
Dalam karuik budi marangkak ( Dalam kerutan budi merangkak)
Tambuak dek paham tiok lipek  (Tembus karena paham tiap lipatan)
Manjala masuak nagari.  (Menjalar masuk negeri.)
 
b. Baju

Babaju hitam gadang langan  Berbaju hitam berlengan lebar
Langan tasenseng tak pambangih  Lengan tersingsing tak pemarah
Pangipeh Angek naknyo dingin  Pengipas panas supaya dingin
Pambuang nan bungkuak sarueh  Pembuang yang bungkuk seruas
Siba batanti timba baliek  Pinggiran berenda timbal balik
Gadang barapik jo nan ketek  Besar berimpit dengan yang kecil
Tando rang gadang bapangiriang  Tandanya orang besar berpengiring
Tatutuik jahit pangka langan  Tertutup jahitan pangkal lengan
Tando membuhue tak mambuku  Tandanya membuhul tak mengesan
Tando mauleh tak mangasan  Tandanya menyambung tak kentara
Lauik tatampuah tak berombak  Laut ditempuh tak berombak
Padang ditampuah tak barangin  Padang ditempuh tak berangin
Takilek ikan dalam aie  Terlintas ikan dalam air
Lah jaleh jantan batinonyo  Sudah jelas jantan betinanya.
Lihienyo lapeh tak bakatuak  Lehernya lepas tak berkatup
Tando pangulu padangnyo lapang  Tandanya penghulu padangnya lapang
alamnyo leba  alamnya lebar (lapang dada/sabar)
Indak basaku kiri jo kanan  Tidak bersaku kiri dan kanan
Tandonyo indak pangguntiang  Tandanya bukan penggunting dalam
dalam lipatan  lipatan
Indak panuhuak kawan seiriang  Bukan penohok kawan seiring.

c.  sarawa

Basarawa hitam ketek kaki  Bercelana hitam kecil kaki
kapanuruik alue nan luruih  untuk menurut alur yang lurus
panampuah jalan nan pasa  untuk menempuh jalan yang wajar
ka dalam korong jo kampuang  ke dalam korong kampung
sarato koto jo nagari  serta koto dan negeri
Langkah salasai baukuran  Langkah bebas berukuran
martabat nan anam membatasi  martabat yang enam membatasi
murah jo maha ditampeknyo  murah dan mahal ditempatnya
ba ijo mako bakato  di eja baru berkata
ba tolam mako bajalan  di agak baru berjalan

d.  Kain Sarung

Sarung sabidang ateh lutuik  Sarung sebidang atas lutut
patuik senteng tak bulieh dalam  Pantasnya pendek tak boleh panjang
patuik dalam tak bulieh senteng  Pantasnya panjang tak boleh pendek
karajo hati kasamonyo  Kerja hati semuanya
mungkin jo patuik baukuran  Mungkin dan patut berukuran
murah jo maha ditampeknyo  Murah dan mahal ditempatnya

e.  Karih

Sanjatonyo karih kabasaran  Senjatanya keris kebesaran
samping jo cawek nan tampeknyo  sesamping dan cawat yang tempatnya
sisiknyo tanaman tabu  sisiknya tanaman tebu
lataknyo condong ka kida  letaknya miring ke kiri
dikesong mako dicabuik  dikisar baru dicabut
Gembonyo tumpuan puntiang  Hulunya tumpuan puntiang
Tunangannyo ulu kayu kamat  Tunangannya hulu kayu kamat
bamato baliak batimba  bermata timbal balik
tajamnyo bukan alang kapalang  tajamnya bukan alang kepalang
tajamnyo pantang melukoi  tajamnya pantang melukai
mamutuih rambuik diambuihkan  putus rambut ditiupkan
Ipuahnyo turun dari langit  Racunnya turun dari langit
bisonyo pantang katawaran  bisanya pantang berpenawar
jajak ditikam mati juo  jejak ditikam mati juga
ka palawan dayo rang aluih  untuk melawan kekuatan gaib
ka palunak musuh di badan  untuk pelunak musuh didiri
bagai papatah gurindam adat  bagai pepatah gurindam adat
Karih sampono Ganjo Erah  Keris sempurna Ganja Erah
lahie bathin pamaga diri  Lahir batin pemagar diri
Kok patah lidah bakeh Allah  Kalau patah lidah kepada Tuhan
patah karih bakeh mati  Patah keris berarti mati

f.  Tungkek

Pamenannyo tungkek kayu kamat  Mainannya tongkat kayu kamat
ujuang tanduk kapalo perak  Ujung tanduk kepala perak
panungkek adat jo pusako  penopang adat dan pusaka
Gantang nak tagak jo lanjuangnyo  Gantang supaya tegak dengan bubungannya
sumpik nan tagak jo isinyo karung supaya tegak dengan isinya

 
5.  Peringatan bagi Penghulu

Falsafah pakaian rang penghulu  Falsafah pakaian bagi penghulu
Di dalam luhak ranah Minang  Di dalam luhak Ranah Minang
Kalau ambalau meratak ulu  Kalau ambalau meretak hulu
Puntiang tangga mato tabuang  Tangkai lepas mata terbuang
Kayu kuliek mengandung aie  Kayu kulit mengandung air
Lapuknyo sampai kapanguba  Lapuknya sampai kepenguba (inti)
Binaso tareh nan di dalam  Binasa teras yang di dalam
Kalau penghulu berpaham caie  Kalau penghulu berpaham cair
Jadi sampik alam nan leba  Jadi sempit alam yang lebar
Dunia akhirat badan tabanam  Dunia akhirat badan terbenam
Elok nagari dek pangulu  Elok negeri karena penghulu
Rancak tapian dek nan mudo  Cantik tepian karena yang muda
Kalau kito mamacik ulu  Kalau kita memegang hulu
Pandai menjago puntiang jo mato  Pandai menjaga tangkai dan mata
Petitih pamenan andai  Petitih mainan andai
Gurindam pamenan kato  Gurindam mainan kata
Jadi pangulu kalau tak pandai  Jadi penghulu kalau tak pandai
Caia nagari kampung binaso  Hancur negeri kampung binasa
Adat ampek nagari ampek  Adat empat negeri empat
Undangnyo ampek kito pakai  Undangnya empat kita pakai
Cupak jo gantang kok indak dapek  Cupak dan gantang kalau tak dapat
Luhak nan tigo tabangkalai  Luhak yang tiga terbengkalai
Payakumbuah baladang kunik  Payakumbuh berladang kunir
Dibao urang ka Kuantan  Dibawa orang ke Kuantan
Bapantang kuning dek kunik  Pantang kuning karena kunir
Tak namuah lamak dek santan  Tak ingin enak karena santan
 


 

Trackback(0)
Comments (0)

Write comment
You must be logged in to a comment. Please register if you do not have an account yet.

Last Updated ( Wednesday, 29 December 2004 )
 
< Prev   Next >




Member Area
Status Radio
Radio Online Minang
Yayasan Palanta Cimbuak
Yayasan Palanta Cimbuak
Dari Awak, Oleh Awak, Untuak Kampuang
Nio berpartisipasi? Silakan klik disiko
Cimbuak Features

Cimbuak Chat


Cimbuak Chat


Free Email


Free Email
Yayasan Cimbuak
Situs Terbaik
Online Sekarang
We have 11 guests and 5 members online
Generated in 1.48398 Seconds