Kabupaten Lima Puluh Kota dengan luas ± 3.354,30 km2 terletak pada bagian timur wilayah Sumatera Barat yaitu 00 22' LU dan 00 23'LS serta antara 1000 16' - 1000 51' BT dan berbatasan langsung dengan Propinsi Riau. Disamping mempunyai potensi dibidang kepariwisataan dan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Barat, daerah ini juga berada pada jalur strategis yang menghubungkan Sumatera Barat dengan Riau.
Daerah yang dikenal memiliki falsafah hidup kemasyarakatan yang masih kuat yang biasa diungkapkan dengan kata kata "Aienyo Janiah Ikannyo Jinak, Sayaknyo Landai, Dalamnyo nan Indak Taajuak, Dangka nan Indak Tasubarangi" . Makna dari ungkapan ini adalah bahwa masyarakat daerah ini suka akan keterbukaan, serta ramah dan bersahabat, namun demikian masyarakat daerah ini sulit untuk didikte oleh orang lain. Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan kepariwisataan daerah. Tercatat banyak sekali objek wisata yang terdiri dari : OBJEK WISATA ALAM
Sebagai Luak Nan Bungsu diantara 3 Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki banyak bukit, lembah dan sungai yang berkelok-kelok serta potensi alam yang cukup unik seperti air terjun, telaga, ngarai, batu yang terjal, gua serta hutan dengan barbagai jenis flora dan fauna. Potensi alam yang indah dan unik ini terdapat dibeberapa Kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota. LEMBAH HARAU, Terletak 15 km ke arah timur kota Payakumbuh dan dapat ditempuh dengan waktu relatif singkat (± 20 menit) dengan transportasi angkutan umum pedesaan. Objek Wisata Lembah Harau ini dibagi kedalam 3 resort, yaitu : RESORT AKA BARAYUN Dengan kawasan pengembangan seluas ± 225 ha, saat ini dikembangkan sebagai salah satu tujuan rekereasi anak dan remaja dengan berbagai jenis daya tarik dan jenis permainan anak seperti ayunan putar dan sepeda air yang dilengkapi kios-kios souvenir dan makanan/minuman, taman satwa seperti rusa, siamang, beruang madu, burung kasuari dan selanjutnya akan dikembangkan taman penangkaran kupu-kupu. Selain keindahan alam dengan air terjun yang memberikan nuansa alam yang asri, bukit batu yang sangat terjal sering dijadikan arena panjat tebing bagi pecinta alam. Disini juga terdapat fasilitas penginapan berupa pondok wisata (Pondok Wisata Echo) yang bisa digunakan oleh wisatawan yang ingin menginap. Dibangun dengan arsitektur rumah tradisional minangkabau, pengunjung bisa menginap dan bermalam di lokasi ini. Suasana yang nyaman, asri serta jauh dari kebisingan dan polusi, dikelilingi bukit batu yang terjal dan hamparan sawah yang menghijau. Sesuai dengan namanya, dekat lokasi ini terdapat suatu tempat yang bisa menimbulkan suara gema/gaung yang bergelombang (echo). RESORT sarasah BUNTA Pada areal ini masih terdapat hutan yang terpelihara dengan baik, dan biasanya tempat ini digunakan untuk kegiatan perkemahan dan pengembangan taman buah-buahan. Memiliki air terjun dengan ketinggian 70-100 meter diantaranya air terjun Sarasah Bunta, Sarasah Aie Luluih, dan Sarasah Muraidan dengan aliran sungai-sungai kecil yang jernih. RESORT RIMBO PIOBANG Kawasan ini direncanakan untuk pengembangan taman margasatwa. Dengan luas lahan ± 400 ha, kawasan ini didukung lokasi yang relatif dekat dengan jalan raya Payakumbuh-Pekanbaru, mempunyai potensi flora dan fauna yang terpelihara dengan baik dan memiliki rawa sebagai sumber air, serta adanya jalan tembus dari desa Ketinggian menuju ke Sarasah Bunta dan resort Aka Barayun. SARASAH TANGGO Wisata air terjun yang berada di Kenagarian Sarilamak, Jorong Taratak ± 3 km dari Simpang Pasar Sarilamak. Untuk sampai ke lokasi ini, kita harus berjalan kaki sejauh ± 300 meter. Suasana alami dengan hutan konservasi dan berbagai jenis satwa seperti burung dan hewan lainnya juga berbagai aktifitas masyarakat seperti bertani dan beternak ikan(airnya berasal dari sarasah tanggo) berikut hamparan sawah yang menghijau menambah sejuk suasana ditempat ini. Air yang tak pernah kering walaupun dimusim kemarau, meluncur jatuh melalui dinding batu yang berbentuk tanggo (tangga) diselingi suara satwa kecil disekitarnya. REST AREA GUNUNG SANGGUL, Tempat Peristirahatan ini terletak dikawasan yang berudara sejuk dan dikelilingi bukit-bukit, berada dipinggir jalan raya ± 27 km dari Payakumbuh menuju Pekanbaru. Tidak jauh dari sini dapat dinikmati keindahan alam kelok 9, panorama Selat Malaka dan monumen/tugu Khatulistiwa. Rest area ini merupakan tempat peristirahatan dan layanan wisata bagi pengunjung baik dari Riau maupun dari Sumatera Barat sendiri. Lokasi ini juga dapat digunakan untuk tempat rekreasi bagi keluarga, karena sudah dilengkapi dengan fasilitas seperti restoran, kios-kios souvenir dan makanan khas daerah, serta fasilitas lainnya. BUKIK Bulek TARAM, Adalah salah satu objek wisata yang terletak di Kenagarian Taram. Bernama Bukik Bulek karena berbentuk bundar, puncaknya menonjol dan sangat terjal. Di kaki bukit ini terdapat hamparan yang datar dan sebuah lapangan bola kaki tempat bermain anak nagari, juga cocok untuk dijadikan bumi perkemahan. Lokasi ini belum dikelola sebagai suatu objek wisata dan belum memiliki fasilitas wisata, sehingga masih merupakan potensi alam yang bisa dikembangkan sebagai asset wisata. Dikelilingi rawa-rawa yang banyak ikannya dan pada hari libur sering dijadikan tempat memancing, disamping itu kita juga bisa menyaksikan ratusan burung belibis hitam yang terbang rendah mengelilingi bukit dan kemudian hinggap dirawa-rawa tersebut. Menurut cerita orang-orang tua di Kenagarian Taram, Bukik Bulek adalah bekas pecahan dari batu 7 bukit yang ada di Taram. Bukik Bulek berjarak 11,5 km dari kota Payakumbuh. KAPALO BANDA TARAM, Terletak di Kenagarian Taram, merupakan irigasi yang dulunya dibuat oleh masyarakat secara tradisional dengan cara gotong royong, dan sejak dibangunnya bendungan teknis oleh pemerintah, Kapalo Banda ini ramai dikunjungi masyarakat. Disamping alamnya yang indah, terletak di kaki bukit dan dipinggir hutan. Kapalo Banda ini mempunyai keunikan yaitu sekali dalam setahun keluar ikan-ikan yang persis sama dengan ikan yang ada dalam kolam samping Surau Tuo Taram, sedangkan jarak antara Surau Tuo dengan Kapalo Banda ini ± 1 km, sehingga Kapalo Banda menjadi perhatian masyarakat Kenagarian Taram dan orang-orang yang berziarah ke makam dan Surau Tuo Taram. Disekitar lokasi ini sering dilakukan kegiatan wisata berburu babi yang biasanya dilakukan pada hari rabu, dan pecandu buru babi berdatangan dari berbagai daerah di Kabupaten Lima Puluh Kota. Ditempat ini belum tersedia fasilitas wisata kecuali rakit yang terbuat dari bambu yang disediakan masyarakat untuk pengunjung. Sedangkan sarana dan prasarana lainnya belum tersedia karena objek wisata ini belum ada pihak yang mengelolanya. Kapalo Banda ini berjarak ± 11,5 km dari kota Payakumbuh dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. BATANG TABIK, Pemandian Batang Tabik merupakan objek wisata pemandian alam dengan air yang sangat jernih dan sejuk, dikelilingi hamparan sawah dan pemandangan alam yang indah. Lokasi ini telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda sebagai satu-satunya pemandian di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Payakumbuh. Selain sebagai tempat pemandian dan rekreasi, airnya juga dimanfaatkan sebagai salah satu sumber air PDAM Kota Payakumbuh. Berada di Kenagarian Sungai Kamuyang dan dikelola oleh Kerapatan Adat Nagari (KAN). Menurut cerita orang-orang tua, air Batang Tabik ini bersumber dari Danau Singkarak. Mata air yang Tabik dari dalam tanah ini dibendung sehingga menjadi kolam dan kemudian dinamakan Batang Tabik, berjarak ± 5 km dari kota Payakumbuh, dipinggir jalan raya menuju Lintau. AIR TERJUN SIALANG INDAH, Objek wisata alam ini terletak dibagian selatan Sialang, Kenagarian Tungkar, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, berudara sejuk dengan air terjun yang tingginya ± 100 meter dan digunakan oleh masyarakat sebagai pembangkit listrik dengan jarak turbin sejauh 70 m dari air terjun. Pada tahun 1936 dimasa penjajahan Belanda, telah dibangun irigasi untuk mengairi sawah masyarakat dan sampai sekarang kondisinya masih baik. Air terjun ini diberi nama Sialang indah karena terletak di Sialang dan merupakan tanah pribadi milik keluarga Ibu Aisah dan anak perempuan bernama INDAH. Objek wisata ini terletak ± 16,5 km dari kota Payakumbuh dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat atau roda dua. PANORAMA PUNCAK TALANG, Objek wisata ini terletak di desa Tanjung Haro Sikabu-kabu, merupakan objek wisata alam yang berhawa sejuk karena lokasinya berada di puncak bukit dengan luas kawasan puncak ± 3 ha yang ditanami pohon pinus. Disamping pemandangannya yang indah, dari puncak panorama alam ini dapat dilihat kota Payakumbuh yang dihiasi langit biru. Panorama Puncak talang ini berada pada ruas jalan antara Tanjung Haro dengan Situjuah Gadang. Disepanjang jalan terlihat hamparan sawah dan pemandangan yang unik dan menakjubkan dimana pada sebatang pohon kubang, bergelantungan banyak sekali sarang lebah bagaikan buah durian, dan terletak ± 7 km dari kota Payakumbuh dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua dengan jalan aspal. NGALAU SITANANG, Objek Wisata ini terletak di Kecamatan Lareh Sago Halaban, dengan panorama alam yang mempesona, mempunyai daya tarik yang luar biasa dengan hamparan kebun teh yang luas membentang menambah keindahan nya. NGALAU KACO KAPALO GUNUANG, Terletak di Kenagarian Batu Payuang, Kecamatan Luhak, ± 14 km dari kota Payakumbuh dan dapat dicapai dengan kendaraan umum dan pribadi. Ngalau ini merupakan goa kembar yang sangat indah dan menarik. Salah satu goa ini dipenuhi stalagtit dan stalagmit dengan bentuknya yang spesifik dan beragam seperti menyerupai kelambu, payung, binatang, bunga dan lain-lain dengan warna-warna yang menarik dan sangat tinggi nilai artistiknya. Suasana dalam goa masih sangat khas dan alami karena didiami oleh ratusan kelelawar serta satwa-satwa sejenisnya. Goa yang lainnya terletak bersebelahan dan merupakan sumber mata air untuk keperluan sehari-hari dan irigasi bagi masyarakat. Dahulunya goa ini dijadikan sebagai tempat persembunyian penduduk dari kejaran penjajah, begitu luasnya goa ini, sehingga didalamnya masyarakat bisa main bola volley. Tak jauh dari lokasi goa ini, terdapat objek wisata yang menyerupai payung, sangat unik dan menarik. aia SONSANG, Wisata Alam yang mempunyai keajaiban luar biasa. Selain Pemendangan yang indah dan sejuk, karena dikelilingi perbukitan, airnya juga mengalir melawan arus Sungai Batang Sinamar dan konon bisa mengobati berbagai penyakit kendatipun belum dilakukan penelitian secara medis. BUKIK POSUAK, Bukik Posuak (Bukit Tembus), terletak di area perbukitan yang terdapat di Kenagarian Maek berjarak ± 46 km dari kota Payakumbuh. Menurut legenda yang berkembang disekitar Bukik Posuak, bukit ini ada hubungan cerita dengan tempat-tempat lain seperti Bukit Pao Ruso (Bukit Paha Rusa) di Maek dan Batu Pacah atau Batu Balah di Kenagarian Gunuang Malintang Kecamatan Pangkalan. Menurut ceritanya pada zaman dahulu, seorang pimpinan pemburu bernama Bagindo Ali, marah karena mendapat pembagian yang tidak adil dari hasil buruan, karena beliau hanya mendapat sebelah paha rusa, sementara anak buahnya sudah menghabiskan bagian-bagian lainnya. Saking marahnya, paha rusa tersbut dilempar sekuat-kuatnya sehingga mengenai Bukik Maek sampai berlubang. Batu tempat pijakan Bagindo Ali tersebut sampai pecah (menjadi objek wisata Batu Pacah) dan karena kesaktiannya, paha rusa tersebut berubah menjadi bukit dan diberi nama Bukik Pao Ruso. Bukti-bukti legenda itu sampai sekarang masih dapat kita jumpai. OBJEK WISATA SEJARAH/BUDAYA BATU NAN LIMO, Batu Nan Limo adalah 5 buah batu bersejarah yang menceritakan sebahagian dari peradaban nenek moyang orang Luak Limo Puluah. Komplek batu ini terletak di Kenagarian Simalanggang, Kecamatan Payakumbuh ± 7 km dari kota Payakumbuh dan sangat mudah dijangkau dengan kendaraan umum dan pribadi. Sepanjang jalan menuju objek wisata budaya ini kita akan menikmati pemandangan alam yang mempesona seperti bentangan sawah yang luas serta putaran roda-roda kincir air disepanjang Batang Lampasi yang digunakan sebagai irigasi tradisional oleh masyarakat setempat. Menurut sejarahnya Batu Nan Limo ini merupakan batu sandaran kebesaran Niniak Nan Baranam atau penghulu kaum yang dihormati. Pada masa dahulunya batu kebesaran ini tersebar didaerah gurun ± 2 km arah timur dari tempat sekarang. Keenam datuak (penghulu) ini sepakat untuk memindahkan batu-batu kebesaran ini ketempatnya sekarang, namun ada satu batu yang tidak bisa dipindahkan sehingga sampai saat ini masih tetap berada di Gurun, itulah sebabnya batu kebesaran ini hanya lima buah dan diberi nama Batu Nan Limo. MAKAM KERAMAT TANJUNG LILIN, Makam keramat Tanjung Lilin terletak di Kenagarian Taeh baruah, Kecamatan Payakumbuh ± 8 km arah utara kota Payakumbuh dan sangat mudah serta aman untuk dikunjungi. Ditempat ini terasa suasana yang tenang dan sunyi walaupun sangat dekat dengan perkampungan penduduk. Ada dua versi cerita tentang Makam Keramat ini, versi pertama menceritakan bahwa yang berkubur disini adalah Syech Yusuf yang merupakan salah seorang ulama yang ikut mengembangkan syi'ar agama Islam dari Aceh sampai ke Malaysia, beliau dikenal mempunyai kesaktian dan ilmu kebatinan yang sangat tinggi. Syech Yusuf mempunyai 3 orang istri dan salah seorang istri beliau berasal dari Negeri Sembilan Malaysia dan beliau juga mempunyai anak cucu disana. Konon kabarnya, beliau bisa mengetahui keadaan anak cucunya di Negeri Sembilan walaupun beliau berada di Taeh, dan begitu juga sebaliknya. Versi kedua mengatakan bahwa yang berkubur disini adalah Syech Abdurrahman, yang ikut berjasa dalam mengembangkan agama Islam di daerah ini semasa zaman Paderi. Pengikut Tuanku Imam Bonjol ini memiliki kesaktian, mahir dengan ilmu bela diri dan terkenal keberaniannya. Tidak hanya didaerah ini, beliau juga mengembangkan agama Islam sampai ke Malaysia, tepatnya didaerah Kelang. Diperkirakan meninggal tahun 1836. Kekeramatan kuburan ini terlihat setelah beliau dikuburkan. Banyak penduduk sekitar yang sering melihat cahaya diatas kuburan tersebut yang menyerupai api lilin sehingga mereka takut untuk mendekat karena dianggap angker dan keramat. POTANG BALIMAU, Merupakan tradisi turun temurun untuk mensucikan diri bagi anak nagari di sepanjang aliran sungai Batang Maek Kec. Pangkalan Koto Baru. Tradisi menyambut bulan suci Ramadhan ini dilaksanakan sesudah shalat Zhuhur. Selain untuk mensucikan diri, sekaligus sebagai tempat bersilaturrahmi antar anak nagari di kampung halaman maupun dari perantauan. setelah selesai, pada sore harinya para pengunjung pulang kerumah masing-masing untuk mandi Balimau dengan ramuan khusus yang dipersiapkan putri-putri Pangkalan. BASAFA GUNUANG BONSU, Basafa berarti mengunjungi tempat yang dianggap membawa berkah bagi pengunjungnya yang dilaksanakan setiap bulan Safar (bulan Arab) di Gunuang Bonsu nagari Taeh Bukik ± 12 km arah utara kota Payakumbuh. Konon kabarnya pengunjung yang akan basafa (biasanya dilakukan setiap hari Rabu) belum dibolehkan mengambil air untuk diminum sebelum selesai basafa. Menurut ceritanya seorang yang menderita panyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dukun ataupun dokter, maka penyakitnya akan dapat disembuhkan dengan memohon kepada Allah di lokasi Basafa tersebut, begitu juga hajat dan niat tertentu bisa terkabul. TALEMPONG BATU TALANG ANAU, Talempong adalah alat musik tradisional minangkabau yang lazimnya terbuat dari kuningan dan bentuknya mirip dengan alat musik gamelan dari pulau Jawa. Biasanya talempong digunakan untuk mengiringi nyanyian ataupun tarian tradisional minangkabau. Bunyi dan alunan nada yang dikeluarkan akan membuat perantau merasa rindu kampung halamannya. Namun talempong yang ditemukan di Talang Anau Suliki ini, berbeda sama sekali dengan talempong lazimnya karena terbuat dari batu dengan ukuran yang sangat besar berjumlah 6 buah dan sudah ada sejak zaman dahulu. Bunyi yang dihasilkan persis sama dengan alat musik talempong, sehingga dinamakan Batu Talempong Talang Anau, terletak 38 km arah utara kota Payakumbuh dan dapat ditempuh dengan kendaraan umum sekitar 1 jam lebih. LEGENDA TALEMPONG BATU, Batu Talempong ini awalnya berserakan di bukit Padang Aro, dan dipindahkan ketempatnya yang sekarang oleh seorang pemuda yang bernama SYAMSUDIN, setelah bermimpi didatangi orang tuanya berturut-turut 3 kali, agar mengumpulkan batu-batu tersebut ke dekat tumbuhnya serumpun bambu yang dinamai Talang dan ditempat itu juga tumbuh pohon Enau (Anau). Anehnya Syamsudin memindahkan batu-batu berukuran besar itu hanya dengan jalinan lidi kelapa hijau. Batu-batu itu digiring seperti layaknya orang menggiring ternak ke kandang sekitar 1 km. Setelah mengumpulkan batu-batu itu, Syamsudin mulai bertingkah aneh, terkadang hilang tak tentu rimbanya, dan muncul tiba-tiba entah dari mana. Karena sering menghilang, penduduk memberinya gelar Syamsudin Tuanku Nan Hilang. Setelah menghilang, tiba-tiba beliau muncul dan meninggalkan pesan agar penduduk menjaga batu-batu tesebut dengan baik, dan apabila ingin membunyikan ataupun memukul batu tersebut, mintalah izin terlebih dahulu dengan membakar kemenyan putih. Karena pada kenyataannya memang terjadi, jika tidak diasapi dengan kemenyan putih, batu tersebut tidak akan mengeluarkan bunyi yang nyaring, tetapi hanya berbunyi layaknya sebuah batu biasa yang dipukul. Keanehan lainnya adalah apabila daerah ini akan ditimpa bencana, musibah ataupun wabah, maka batu itu akan mengeluarkan bunyi menderum, menggelegar serta mengeluarkan suara-suara aneh lainnya. MAKAM KERAMAT TARAM, Makam keramat ini terletak di Kenagarian Taram, Kecamatan Harau ± 5 km dari kota Payakumbuh. Objek wisata budaya ini dapat dicapai dengan mudah menggunakan angkutan pedesaan maupun kendaraan pribadi. Makam Keramat Taram ini adalah makam Syech Ibrahim Mufti yang merupakan salah satu penyebar agama Islam di daerah ini. Beliau bukanlah penduduk asli, melainkan seorang pendatang yang berasal dari negeri Irak di Timur Tengah dan merupakan murid dari Syech Abdul Rauf dari Aceh, semasa Kerajaan Samudera pasai. Sebagai seorang penyebar agama Islam, beliau mempunyai banyak kesaktian diantaranya : Pernah suatu kali beliau sedang bercukur, mendadak beliau minta izin untuk meninggalkan tukang cukurnya sebentar, katanya beliau harus pergi ke Mekah untuk menyelamatkan kota Mekah yang sedang terbakar. Beliau menghilang dan beberapa saat kemudian muncul kembali. Beberapa bulan kemudian ada orang yang pulang dari Mekah, mengatakan bahwa sewaktu beliau menunaikan ibadah haji, kota Mekah kebakaran, tetapi musibah itu dapat diatasi atas bantuan seseorang yang hanya memiliki rambut pada sebelah bagian kepalanya. Dari peristiwa itu masyarakat tahu akan kesaktian Syech Ibrahim Mufti yang kemudian dikenal dengan Syech yang Bercukur Sebelah Konon kabarnya ikan yang sekarang berkembang biak di Taram, berasal dari ikan yang dilepaskan kembali oleh Syech Ibrahim Mufti setelah setengah bagian ikan tersebut dibakar/dimasak oleh salah seorang muridnya. Pada tahun 1996 keturunan atau keluarga Syech Ibrahim Mufti yang berada di Irak berziarah di Taram dan menceritakan sebuah kejadian pada masa lalu dimana salah seorang cucunya menemui beliau semasa hidupnya dan sewaktu kembali ke Irak, sesampai di Laut Tengah, kapalnya kandas dan miring akan tenggelam. Syech Ibrahim Mufti yang berada jauh di Taram mengetahuinya dan segera menceburkan diri ke tabek gadang (kolam) disamping Surau Tuo yang dijadikan beliau sebagai media untuk menuju Laut Tengah. Beliau berhasil menyelamatkan kapal tersebut dan mengangkatnya sehingga bisa berlayar kembali dengan selamat dan setelah itu beliau muncul kembali diTaram. Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan dan dimana meninggalnya Syech Ibrahim Mufti karena beliau sering berkelana. Karena sudah lama tidak pulang ke Taram, murid-muridnya berusaha mencari, bahkan anaknya yang bernama Syech Muhammad Jamil, meninggal dalam pencarian itu. Sampai akhirnya pada suatu malam salah seorang muridnya bermimpi bertemu beliau dan dalam mimpi itu dikatakan bahwa beliau sudah meninggal dan kalau ingin melihat kuburannya, lihatlah pada malam tanggal 27 Rajab. Setelah mengikuti petunjuk gurunya, maka pada malam itu terlihatlah cahaya muncul dari bumi dan menembus langit, berasal dari tempat makam beliau sekarang ini, yaitu disamping Surau Tuo tempat beliau mengajar murid-muridnya yang sampai saat ini masih berdiri dengan gagah. Pemeliharaan Surau Tuo dan Makam Keramat Taram ini menjadi tanggung jawab 7 Pasukuan didaerah ini, yaitu Sumpadang, Simabur, Pitopang, Melayu, Piliang Laweh, Piliang Gadang dan Bodi, yang bergiliran setiap 3 tahun dengan menjadi Imam, Kotik dan Bilal. MENHIR MAEK, Menhir adalah peninggalan sejarah berupa batu dan biasanya digunakan sebagai sarana pemujaan arwah nenek moyang oleh masyarakat pada zaman batu yang menganut paham animisme. Menhir dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuan penyembahan yang akan dilakukan. menhir adalah bukti sejarah yang bisa menceritakan nilai-nilai kehidupan pada zaman batu. Di Kecamatan Suliki, tepatnya di Kenagarian Maek, terdapat 72 kelompok menhir dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ada yang berbentuk kepala binatang, pedang atau tanduk dan diukir dengan pola-pola yang menarik. Ukuran menhir terbesar di daerah Maek adalah 50 cm X 668 cm X 405 cm. Untuk sampai ke situs purbakala ini dibutuhkan waktu 2 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi dari kota Payakumbuh. Pengunjung akan langsung sampai di perbukitan yang seolah-olah ditanami batu dengan berbagai ukuran. Lokasi ini terletak di Koto Tinggi Maek dan paling sering dikunjungi dan dijadikan objek penelitian oleh para arkeologis Indonesia maupun mancanegara. MUSEUM ARKEOLOGI BELUBUS, Menhir juga banyak ditemui di Belubus, Kecamatan Guguak. Benda-benda cagar budaya ini tersebar berkelompok-kelompok dalam berbagai bentuk dan ukuran. Agar keberadaannya tetap terpelihara, maka dibangunlah Taman Purbakala dan museum arkeologi dalam bentuk rumah adat Minangkabau. Situs yang berjarak ± 8 km dari kota Payakumbuh ini banyak dikunjungi untuk penelitian arkeologi. TUGU PDRI KOTO TINGGI, Koto Tinggi pada masa Agresi Militer II tahun 1948, sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia, karena disinilah Pusat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dilanjutkan setelah Ibukota Negara Jogjakarta berhasil direbut Belanda dan para pemimpin RI ditangkap. Untuk mengenang peristiwa ini, maka pemerintah mendirikan sebuah tugu perjuangan setinggi 7 meter dan diberi nama Tugu PDRI Koto Tinggi. Objek wisata sejarah ini bisa ditempuh dengan kendaraan umum maupun pribadi, 2 jam dari kota Payakumbuh ( ± 50 km dari kota Payakumbuh) TUGU DAN MAKAM PAHLAWAN SITUJUH BATUR, Makam dan Tugu Pahlawan Situjuh Batur terletak ± 11 km dari kota Payakumbuh, terletak di nagari yang subur dengan penduduk yang ramah tamah. Nagari ini akan selalu dikenang dan dikunjungi setiap tahunnya oleh pemerintah maupun masyarakat. Objek wisata sejarah ini berada dilokasi yang sangat indah dan tersembunyi, yaitu pada sebuah lurah (lembah) yang subur. Pada masa perjuangan dulu terdapat sebuah kincir dan surau kecil yang digunakan sebagai tempat rapat oleh para pejuang. Pada malam tanggal 14 Januari 1949 diselenggarakan rapat pimpinan perjuangan yang dipimpin Chatib Sulaiman, Ketua Laskar Pertahanan Rakyat Sumatera Tengah. Setelah menghasilkan keputusan penting, para pejuang beristirahat menunggu shalat Subuh di surau itu dan sebagian lagi menuju ketempat masing-masing. Pada jam 05.50 WIB tanggal 15 Januari 1949, secara tiba-tiba pasukan Belanda menggempur dari atas tebing, sehingga banyak pejuang yang gugur dan 9 orang diantaranya dimakamkan ditempat kejadian dan yang lainnya dimakamkan di Situjuh Gadang. Untuk menghormati para pejuang dan mengenang peristiwa bersejarah ini, dibangunlah sebuah monumen perjuangan di Lurah Kincir dan sebuah tugu pahlawan di pasar Situjuh Batur. Nama-nama pejuang yang gugur dalam Peristiwa Situjuh ini tertera pada gerbang Mesjid Pahlawan Situjuh Batur.
Sumber : www.limapuluhkota.go.id
Trackback(0)
|