Home
Daftar Anggota
Galleri
Resep
Restoran Minang
Games
Download
Kamus Minang
Chat
Bursa Iklan
Radio Online
Weblink
SPTT Cimbuak
Cimbuak Toolbar
Menu Situs
Berita
Artikel
Prosa
Tokoh Minang
Adat Budaya
Agama
Kolom Khusus
Pariwisata
Berita Keluarga
Giring2 Perak
Berita Yayasan
Pituah

Nan ado samo dimakan
Nan indak samo dicari
Kok Jauah kana mangana
Kok dakek jalang manjalang
Milis Minang
Rantaunet
Surau
Aktivis Minang
Media Padang
PosMetro Padang

Menulis (9) Contoh Tulisan
Written by Nukman Luthfie   
Thursday, 07 October 2004
Menembus Batas-Batas Semu I. Ke Jerman Mengisi Bahan Bakar.
 
Kisah-kisah orang biasa yang berusaha melepaskan diri dari kungkungan situasi tidak berkembang, stagnan, tidak maju-maju, sungguh menarik.
Apalagi menyaksikan langsung prosesnya. Rasanya jauh lebih nikmat ketimbang membaca kisah pengusaha kelas kakap a atau B yang berhasil mencetak laba sekian miliar tahun ini.

Menulis (09) Contoh

Oleh : Nukman Lutfie
Diposting pada mailing list UGM (Disadur oleh   : Dewis Natra)



Seri IX. Contoh :

Menembus Batas-Batas Semu I. Ke Jerman Mengisi Bahan Bakar.
 
Kisah-kisah orang biasa yang berusaha melepaskan diri dari kungkungan situasi tidak berkembang, stagnan, tidak maju-maju, sungguh menarik.
Apalagi menyaksikan langsung prosesnya. Rasanya jauh lebih nikmat ketimbang membaca kisah pengusaha kelas kakap A atau B yang berhasil mencetak laba sekian miliar tahun ini.
 
Saya pernah mengisahkan mantan web designer yang lompat kuadran menjadi enterprenuer. Kini saya akan menceritakan kisah nyata lain. Kebetulan ia juga seorang web designer yang cukup lama bekerja dengan saya. Tahun lalu, ia mengirim email, ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan meminta semacam surat rekomendasi. 
Kabar ini sangat mengherankan saya, karena ia sangat menikmati pekerjaannya. Gajinya memang tidak besar. Tapi ia puas. Ia merasa bekerja pada lingkungan yang ia senangi. Jarak kantor dari rumah juga begitu dekatnya, sehingga ia cukup naik sepeda dan lima menit sampai kantor. Ketika begitu banyak profesional di Jakarta hidupnya digerogoti oleh macetnya perjalanan kantor-rumah (bisa 2 jam sehari), jarak tempuh 5 menit sungguh sebuah kemewahan yang sulit dicari. Apalagi, ia bisa bekerja tanpa aturan jam kerja yang kaku. Boleh datang jam 10 pagi, boleh pulang jam 11 malam. Yang penting target pekerjaan terpenuhi.
Dengan kemewahan seperti itu, apa lagi yang dicari? "Saya sudah mentok pak. Saya harus melakukan sesuatu. Saya mesti mengisi bahan bakar. Saya ingin belajar lagi, untuk modal pekerjaan ke depan," katanya. Saya lega mendengarnya. Itu artinya dia bukan pindah ke perusahaan lain dengan pekerjaan yang sama. "Kalau pindah ke tempat lain dan tetap menjadi web designer, tidak ada gunanya, karena di sinilah tempat terbaik sebagai web designer," katanya. 
Saya terpekur. Memang kalau dia terus bekerja seperti sekarang, pertumbuhan gajinya ya segitu saja, paling beberapa persen di atas inflasi. Sungguh mengharukan mendengar dia berani mengambil keputusan berhenti, kemudian mengisi bahan bakar baru, untuk suatu ketika berlari lebih kencang lagi. Apa yang dia lakukan sungguh tak saya bayangkan:
Ia melamar beasiswa ke Jerman untuk mengambil kuliah Digital Media. Setelah menempuh proses yang mendebarkan dia, akhirnya dia mendapat 50% beasiswa
belajar. Sisanya harus ia tanggung sendiri. Nekad, ia jual mobil tua dan kamera kesayangannya sebagai modal. Berbekal laptop dan seperangkat pakaian dingin, ia berangkat ke Lubeck, Jerman, tahun lalu.
Ia tidak tahu ketika pulang nanti ia akan bekerja di mana. Tapi ia tampak tidak khawatir. Ia yakin, pekerjaan akan mudah ia dapatkan dengan tambahan ilmu barunya dan semangat barunya. 
Saya masih takjub, apa yang mendorong dia melakukan lompatan luar biasa itu? Mungkinkah karena ia punya mimpi yang tinggi? Ia memang menyebut dirinya sebagai pemimpi. Coba lihat apa deskripsi dirinya sendiri websitenya di http://home.avianto.com/. "Avianto is a dreamer. He is currently pursuing one of his many dream by being a digital media graduate student at  <http://www.isnm.de/> ISNM in
<http://www.luebeck.de> Lübeck, Germany".
Ya, dia memang pemimpi. Tapi dia bukan pemimpi biasa. Dia orang yang berusaha meraih mimpinya. Saya yakin, jalan ke Jerman hanya salah satu langkah yang ditempuh untuk terus meningkatkan kemampuan diri. Ia tak mau terkungkung oleh rasa nikmat, stabil, tidak maju terlalu lama. Si orang biasa yang sedikit bicara dan santun ini berhasil menghancurkan belenggu semu berupa kestabilan yang banyak membatasi kemampuan banyak orang.
 
Sehari sebelum berangkat ke Jerman, saya sempatkan mengajak ia ngobrol di sebuah coffe shop di Pondok Indah. Saya memang tidak mengantarnya ke bandara. Namun saya berdoa semoga dia berhasil.

 

Trackback(0)
Comments (0)

Write comment
You must be logged in to a comment. Please register if you do not have an account yet.

 
< Prev




Member Area
Status Radio
Radio Online Minang
Yayasan Palanta Cimbuak
Yayasan Palanta Cimbuak
Dari Awak, Oleh Awak, Untuak Kampuang
Nio berpartisipasi? Silakan klik disiko
Cimbuak Features

Cimbuak Chat


Cimbuak Chat


Free Email


Free Email
Yayasan Cimbuak
Situs Terbaik
Online Sekarang
We have 10 guests and 3 members online
Powered By PageCache
Generated in 0.88284 Seconds