Ini adalah kelanjutan dari tulisan Pelaksanaan Pembangunan Pertanian th 2003 di Sumatera Barat. Sebagai pedoman untuk pelaksanaan kedepan
B. KETAHANAN PANGAN
Dari sisi ketersediaan pangan di Sumatera Barat telah melebihi standar kecukupan nasional, yaitu pada tahun 2003 telah mencapai sebesar 4.083 kkal/cap/hari, dari standar nasional hanya 2.500 kkal/cap/hari. Dari segi pemenuhan energi ternyata masyarakat Sumatera Barat telah mengkonsumsi pangan sebesar 2.169 kkal/cap/hari, namun angka ini berada sedikit di bawah standar kecukupan konsumsi yang dianjurkan yaitu sebesar 2.200 kkal/cap/hari.
Kalau ditinjau dari sisi komposisi dan kualitas gizi, ternyata konsumsi masyarakat Sumatera Barat belum berimbang, dimana penduduk Sumatera Barat masih didominasi oleh bahan pangan nabati. Sampai saat ini konsumsi beras rata-rata setiap individu tercatat sebanyak 150,3 kg/cap/tahun, padahal konsumsi ideal menurut Pola Pangan Harapan (PPH) hanya 109,5 kg/cap/tahun. Dengan demikian terdapat kelebihan konsumsi beras sebanyak 40,8 kg/cap/tahun. Jika dikalkulasikan dengan jumlah penduduk Sumatera Barat sebanyak 4.375.080 jiwa, maka masyarakat Sumatera Barat kelebihan mengkonsumsi beras sebesar 178.503 ton/tahun. Oleh karena itu diversifikasi pangan perlu ditingkatkan kepada masyarakat.
Untuk protein hewani yang berasal dari ternak ternyata masyarakat Sumatera Barat telah mengkonsumsi telur cukup tinggi yakni sebesar 4,29 kg/cap/tahun dari target nasional sebesar 4 kg/cap/tahun, tetapi daging kita belum bisa mencapai standar Pola Pangan Harapan. Dari data yang ada ternyata konsumsi masyarakat Sumatera Barat terhadap daging ini sebesar 5,33 kg/cap/tahun dari target 10 kg/cap/tahun, sedangkan susu masih jauh dari Pola Pangan harapan.
C. PETERNAKAN
Sementara di sektor peternakan Sumatera Barat mempunyai potensi untuk pengembangan ternak sapi, kerbau, ayam buras, ayam ras dan itik. Pada peternakan sapi telah berkembang Inseminasi Buatan (IB) dalam upaya memperbaiki mutu sapi bahkan sudah berhasil melakukan ujicoba pengembangbiakan melalui embryo transfer. Bahkan untuk ke depan UPT Limbukan di Kota Payakumbuh akan menjadi pensuplai semen beku tidak hanya bagi daerah Kabupaten/kota tetapi juga provinsi lain di Sumatera.Pada tahun 2003 Inseminasi Buatan sudah dihasilkan sebanyak 93.000 dosis dengan jumlah ternak bunting sebanyak 53.550 ekor dari 63.000 ekor akseptor. Dari hasil IB ini tercatat kelahiran anak 48.195 ekor. Sedangkan yang menjadi targetnya adalah 100.000 dosis yang akan disdistribusikan ke Kabupaten/Kota dan daerah tetangga lainnya, jadi sudah tercapai 93% dari target yang ditetapkan. Hasil penjualan semen beku sebanyak Rp.83.937.000,- dari target yang ditetapkan Rp.50.000.000,- sebagai Pendapatan Asli Daerah.
Disamping itu Sumatera Barat juga merupakan daerah penghasil ayam pedaging dan petelur yang pemasarannya sudah sampai ke luar daerah. Namun dengan mewabahnya penyakit flu burung belakangan ini kegiatan usaha masyakarat sempat agak terganggu karena masyarakat takut mengkonsumsi daging ayam dan telur, namun hal ini perlahan-lahan mulai bisa dihilangkan karena adanya sosialisasi yang dilaksanakan secara terpadu terhadap masyarakat.
Kalau dilihat dari jumlah populasi ternak tahun 2002 dan 2003 mengalami kenaikan yang cukup besar baik ternak besar, ternak kecil dan unggas kecuali kuda yang mengalami penurunan. Populasi sapi pada tahun 2003 naik dari 547.330 ekor menjadi 596.991 ekor, kerbau 288.958 ekor naik menjadi 318.279 ekor, kambing 331.046 ekor naik menjadi 385.278 ekor, babi naik dari 47.731 ekor menjadi 47.938 ekor, domba naik dari 2.233 ekor jadi 2.381 ekor, namun kuda turun dari 5.951 ekor menjadi 5.826 ekor.Sementara populasi ayam ayam buras tahun 2002 sebesar 7,7 juta ekor menjadi 7,9 juta ekor, populasi ayam ras petelur tahun 2002 sebesar 4,59 juta ekor menjadi 5,21 juta ekor, populasi ayam ras pedaging tahun 2002 sebesar 10.88 juta ekor menjadi 11,1 juta ekor. Sementara produksi daging , telur dan susu juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Seperti tabel berikut ini : Tabel : Perkembangan Produksi Daging, Telur dan Susu (Ton)
No |
Jenis Ternak |
Th 2002 (ton) |
Th 2003 (ton) |
Kenaikan (%) |
1 |
Daging |
33.890 |
35.987 |
6,19 |
2 |
Telur |
41.419 |
45.822 |
10,63 |
3 |
Susu |
2.418 |
2.616 |
8,19 |
Sumber : Statistik Peternakan Sumatera Barat Tahun 2003
Sementara pemotongan ternak besar/unggas di Sumatera Barat juga mengalami kenaikan seperti tabel berikut ini :
No |
Jenis Ternak |
Th 2002 (Ekor) |
Th 2003 (Ekor) |
Kenaikan (%) |
1 |
Sapi potong |
58.134 |
63.405 |
9,07 |
2 |
Kerbau |
15.352 |
17.181 |
11.91 |
3 |
Ayam Buras |
11.676.090 |
11.997.543 |
2,75 |
4 |
Ayam Buras Pedaging |
10.555.763 |
10.772.543 |
2,05 |
5 |
Ayam Buras Petelur |
2.295.278 |
2.605.905 |
13,53 |
Sumber : Statistik Peternakan Sumatera Barat Tahun 2003
ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN
1. Tujuan
Secara umum tujuan pembangunan pertanian adalah (1) meningkatkan produksi untuk memantapkan ketersediaan pangan guna memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dari segi jumlah, kualitas dan harga terjangkau; (2) meningkatkan pendapatan petani dengan mengembangkan sistem usaha tani yang berwawasan agribisnis agar mampu menghasilkan produk yang berkualitas, berproduktivitas tinggi dan efisien.
Secara khusus tujuan pembangunan pertanian adalah : (1) meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas, efisiensi usaha dan perbaikan sistem pemasaran dengan pengenlan tekhnologi, penguatan kelembagaan, peningkatan manajemen usaha dan penyediaan informasi pasar; (2) meningkatkan produksi pangan sumber karbohidrart untuk memantapkan ketahanan pangan secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan pokok masyarakat yang terus meningkat; (3) meningkatkan produksi pangan sumber protein guna mendorong peningkatan gizi masyarakat seperti kacang-kacangan dan peternakan ;(4) mendorong terciptanya kesempatan kerja di pedesaan dengan pendapatan yang layak melalui pengembangan sistem agribisnis dengann menciptakan keterkaitan antara penyediaan sarana produksi, proses produksi, pengolahan dan pemasaran; (5) mengembangkan usaha pertanian pada lahan-lahan yang pemanfaatannya belum optimal, seperti pekarangan dan lahan terlantar serta meningkatkan intensitas tanam pada lahan yang beririgasi cukup; (6) menyediakan bahan baku industri dan meningkatkan ekspor komoditi pertanian dengan mengembangkan komoditi unggulan terutama pada kawasan-kawasan sentra produksi pertanian yang prospektif untuk dikembangkan.
2. Sasaran
Sejalan dengan tujuan pembangunan, dirumuskan sasaran pembangunan pertanian sebagai berikut :
1. Meningkatnya pendapatan petani, terutama petani kelompok terbawah sehingga berada di atas batas garis kemiskinan 2. Meningkatnya produksi pangan, khususnya produksi padi rata-rata sebesar 3,5% per tahun. 3. Meningkatnya produksi sayuran rata-rata sebesar 12% per tahun. 4. Meningkatnya produksi pangan sumber protein terutama produksi daging sapi rata-rata sebesar 1,1 % per tahun, produksi daging unggas rata-rata sebesar 2,4 % per tahun, produksi telur rata-rata sebesar 2,3 % per tahun 5. Terciptanya kesempatan kerja di pedesaan dengan berkembangnya usaha tani berwawasan agribisnis yang akan menyerap tenaga kerja pada kegiatan-kegiatan penyediaan input, proses produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian yang merupakan bagian dari sistem agribisnis 6. Tersedianya secara cukup dan berkelanjutan bahan baku bagi kebutuhan industri dan terjadinya peningkatan ekspor komoditi pertanian terutama dengan berkembangnya komoditi unggulan yang dapat bersaing di pasar global
3. Strategi Kebijakan
Secara umum strategi dan kebijakan pembangunan pertanian diarahkan kepada upaya pencapian tujuan dan sasaran yang mencakup kepada dua hal, yaitu :
1. Mengembangkan sistem ketahanan pangan melalui peningkatan produksi berdasarkan kemampuan potensi lahan dan penggunaan tekhnologi, serta pengembangan keragaman pangan 2. Mengembangkan sistem agribisnis untuk menghasilkan produk pertanian yang berorientasi pasar, dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki, sehingga mampu bersaing dalam pasar yang lebih luas (pasar regional dan global)
Secara lebih khusus strategi kebijakan pembangunan yang mencakup kedua hal tersebut di atas adalah :
1. Mendorong peningkatan produktivitas, kualitas dan efisiensi usaha tani serta kontinuitas produksi dengan pemanfaatan sumberdaya pertanian yang tidak menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan 2. Peningkatan manajemen pengelolaan usaha tani, yang tidak hanya dari aspek budidaya pertanian tetapi juga termasuk aspek yang terkait dengan penyediaan sarana produksi, pengolahan hasil dan pemasaran 3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha tanpa melalui pelatihan dan bimbingan lapangan sehingga mampu menggunakan tekhnologi secara tepat dan mengelola usaha tani dengan manajemen yang lebih baik 4. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan melalui peningkatan intensitas tanam, pemanfaatan lahan kosong/terlantar dan melakukan pengkajian terhadap komoditi unggulan yang potensial dikembangkan dalam suatu kawasan 5. Meningkatkan kemampuan pelayanan lembaga dan aparat pemerintah melalui pelatihan dan penataan organisasi, sehingga secara efektif dapat mengembangkan usaha pertanian yang berorientasi bisnis.
PROGRAM PEMBANGUNAN TAHUN 2005
Beberapa strategi dan kebijakan pembangunan pertanian akan diimplementasikan melalui berbagai program pembangunan pertanian secara umum yang mengacu kepada Program Pembangunan Daerah yang nanti akan dialokasikan melalui dana APBD yaitu :
1. Program Pengembangan Tekhnologi Pertanian Kegiatan yang dilakukan dalam program ini meliputi pengenalan dan perluasan paket tekhnologi intensifikasi dengan pemakaian benih bermutu, pemakaian pupuk berimbang, Inseminasi Buatan (IB) pada ternak, Intensifikasi Usaha Pertanian, Peningkatan Mutu Benih, Pengendalian Hama dan Penyakit Ramah Lingkungan, Pengembangan Prototipe Alat Mesin Pertanian, Penggunaan alat dan mesin pertanian baik dalam proses produksi maupun pengolahan hasil serta perbaikan dalam pasca panen.
2. Program Kelembagaan Usaha Pertanian Kegiatan yang dilakukan dalam program ini adalah meningkatkan kemampuan kelompok tani agar mampu melayani atau membantu kepentingan anggotanya dalam penyediaan sarana produksi, memperoleh modal, paket tekhnologi, informasi pasar, fasilitas pengolahan hasil dan perbaikan manajemen usaha serta pemasaran, pengembangan kapasitas kelembagaan untuk mampu melaksanakan usaha yang mempunyai keterkaitan antara proses produksi dan pemasaran.
3. Program Pengembangan Sumberdaya Manusia Petani Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan untuk memberikan informasi tentang pelaksanaan usaha tani yang mengacu kepada sistem agribinis, pengenalan paket baru untuk meningkatkan usaha tani melalui bimbingan dan sekolah lapangan, dan melaksanakan demplot usaha tani dan memfasilitasi untuk mengikuti magang dan temu usaha pertanian.
4. Program Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air Kegiatan yang dilakukan adalah memfasilitasi peningkatan intensitas tanam, penggunaan alat dan mesin pertanian, penyediaan modal usaha, pengenalan tekhnologi sesuai kebutuhan usaha tani dan pengkajian terhadap potensi sumberdaya lahan dan air.
5. Program Pengembangan Kapasitas Pelayanan Aparatur Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan dalam rangka peningkatan pengetahuan dan keterampilan aparatur pemerintah, penataan organisasi pemerintah, penyediaan sarana dan prasarana pendukung kerja dan meningkatkan pelayanan pemerintah dalam pengembangan kemitraan usaha
Sementara Program bidang Pertanian secara umum yang mengacu kepada Program Pembangunan Nasional yang akan didanai melalui Dana Dekosentrasi (APBN) adalah sebagai berikut :
1. Program Pengembangan Agribisnis Kegiatan yang dilakukan dalam program pengembangan agribisnis pada tahun 2005 adalah : a. Pengembangan kawasan komoditi unggulan dengan meningkatkan akses dan optimalisasi lahan, peningkatan produksi dan produktivitas b. Meningkatkan akses terhadap sarana dan prasarana agribisnis melalui peningkatan lembaga layanan produksi, fasilitasi berkembangnya alat pasca panen. c. Penyediaan dan akses terhadap tekhnologi melalui penerapan tekhnologi spesifik lokasi dan pertanian organik, pengembangan perbenihan d. Revitalisasi penyuluhan pertanian melalui penguatan kelembagaan penyuluh, meningkatkan kapasitas penyuluh dalam agribisnis e. Meningkatkan akses terhadap pasar melalui penyediaan informasi pasar dan memfasilitasi investor untuk bermitra dengan petani/peternak Sumatera Barat f. Pengembangan agribisnis peternakan untuk menghasilkan berbagai produk peternakan yang memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi melalui mendorong terbentuknya lembaga/organisasi ekonomi peternak, memperbaiki struktur pasar dan pengembangan lembaga pemasaran, menumbuhkan penangkar bibit ternak yang bersertifikat, identifikasi prospek pasar bagi produk primer dan olahan.
2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Kegiatan yang dilakukan dalam program ketahanan pangan pada tahun 2005 adalah : a. Meningkatkan produksi dan produktivitas melalui peningkatan mutu intensifikasi, perluasan areal tanam, pengamanan produksi (pengendalian OPT, bencana alam), pengolahan dan pemasaran hasil b. Optimalisasi sumberdaya lahan dan air melalui optimalisasi pemanfaatan lahan, rehabilitasi dan konservasi lahan, penambahan baku lahan, peningkatan produksi di daerah kantong penyangga produksi (rawa) c. Pengamanan ternak , pengendalian wabah penyakit hewan menular, perbibitan melalui penyidikan penyakit, pencegahan penyakit, pemberantasan penyakit, penolakan penyakit, kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet) serta peningkatan populasi ternak d. Pengembangan kelembagaan dan ketahanan pangan masayarakat melalui: - Penyusunan rencana tekhnis (penyusunan kebijakan ketahanan pangan, analisis distribusi pangan wilayah, analisis ketersediaan pangan serta analisis situasi konsumsi pangan - Pendidikan dan pelatihan tekhnis - Pengembangan usaha ekonomi melalui pemantapan usaha produktif, dana penguatan modal lembaga usaha ekonomi pedesaan untuk pembelian gabah/beras (DPM/LUEP) - Pengembangan kelembagaan melalui pemberdayaanlumbung pangan, pembuatan profil lumbung pangan, koordinasi, sosialisasi, monev pelaksanaan DPM-LUEP serta koordinasi Dewan Ketahanan Pangan - Pengembangan sistem informasi melalui pemantauan dan analisa harga pangan, koordinasi pengawasan bahan pangan serta pemantapan sistem kewaspadaan pangan - Penyuluhan dan penyebaran informasi melalui penilaian dan penghargaan ketahanan pangan, pengembangan produk pangan lokal, pengembangan tekhnologi pengolahan pangan lokal, gerakan sadar pangan dan gizi - Pemantauan dan evaluasi melalui monitoring dan evaluasi kerawanan pangan serta pemantauan dan evaluasi program
Trackback(0)
|