Untuak dunsanak pengunjung cimbuak, Artikel mengenai Mimpi alah salasai mulai mingguko kami dari cimbuak akan menampilkan tulisan lain dari Saudara Nukman Lutfie yaitu artikel tentang seluk beluk menulis "Menulis itu gampang". Semoga setelah membaca tulisan ini banyak dari kita yang tergerak untuk menulis. Salam Dewis Natra (Admin)
Seri I. Menulis Itu Gampang.
Banyaknya email yang menanyakan tips menulis yang baik membuat saya menulis serial "Menulis Itu Gampang". Arswendo pernah menulis buku itu sekitar 20 tahun yang lalu kalau saya tidak salah ingat. Saya tidak membaca buku itu meski saya sering membaca tulisan/cerpen Arswendo yang trengginas di majalah Hai dan berbagai media lain. Saya akan cari bukunya untuk memperkaya tulisan ini. Tulisan ini saya buat begitu saja.
Keluar dari otak, langsung tersalur ke keyboard laptop. Tidak memakai rumus apa-apa. Tanpa bacaan pustaka. Tulisan ini saya biarkan mengalir begitu saja berdasarkan pengalaman. Saya tidak sehebat Arswendo, Emha, Goenawan Mohamad, atau puluhan penulis hebat yang banyak bertebaran di Indonesia. Saya penulis biasa-biasa saja. Tetapi berkat menulislah saya bisa membiayai sendiri kuliah dan lulus sarjana Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada. Gara-gara bisa menulis saya dapat melakukan banyak hal yang tergolong istimewa. Saya misalnya, bisa pergi ke Jakarta tanpa ragu-ragu hanya seminggu setelah wisuda meski hanya berbekal kardus rokok Djarum dan beberapa pasang pakaian. Saya juga gampang menulis surat lamaran dan hampir selalu dipanggil wawancara karena surat lamaran saya sungguh seksi dan menarik. Saya pun berani menjadi menjadi wartawan tanpa takut menjadi miskin dan ditolak sama calon mertua gara-gara profesi wartawan 13 tahun lalu adalah profesi yang masih dipandang sebelah mata. Bahkan yang tak kalah menariknya: selama 4 tahun pertama di Jakarta, saya bisa menulis surat yang romantis ke calon istri di Jogja seminggu sekali paling sedikit masing-masing 4 lembar folio. Hal-hal kecil bisa saya ceritakan dalam surat cinta. Tak dinyana, surat itu dikoleksi oleh istri saya sampai 2 karung. Kami tertawa cekikikan ketika suatu saat mengulang membaca surat itu satu persatu. Kami baru sadar, betapa mesranya kami berdua dalam berkomunikasi via surat itu. Setelah menikah, ketika masih jadi wartawan dan ditugaskan ke luar kota atau ke luar negeri, saya sempatkan nulis surat untuk dibaca ketika saya pergi. Sekarang, kadang saya mengirim email ke mantan pacar saya itu. Saya yakin bahwa prestasi sekarang -- bisa menjadi direktur di perusahaan ternama, berani pindah kuadran dan membuka bisnis baru meski modal pas-pasan, memberikan konsultasi, menjadi pembicara dalam seminar, mendapatkan istri yang istimewa -- tak segampang ini saya raih jika tanpa dibekali kemampuan, kemauan dan kebiasaan menulis. Menulis sama pentingnya dengan berkomunikasi lewat ucapan. Bahkan dalam beberapa hal, komunikasi tulisan jauh lebih mengena ketimbang ucapan. Menulis konsep, proposal, minutes meeting, laporan, perjanjian kerja sama atau membuat presentasi dan segudang keharusan menulis sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kerja kita sekarang ini. Tak jarang, kita bisa menilai kemampuan mitra kerja, anak buah, mitra bisnis, dari tulisan mereka. Pernah dalam sebuah meeting, saya minta semuanya membuat minutes meeting. Hasilnya seperti yang saya duga: yang pintar mampu membuat minutes meeting yang ringkas, tepat dan gampang dimengerti. Yang kurang pintar, sebaliknya. Tak jarang saya menemukan orang pintar yang tidak lolos seleksi tahap awal lamaran kerja karena surat lamarannya biasa-biasa saja. Sering saya menemukan kasus proposal yang ditulis dengan baik dan menarik berhasil menyingkirkan proposal lain yang meski konsepnya sama namun ditulis kurang baik. Menulis memang kelihatannya sepele. Tapi mengapa bagi kebanyakan orang, menulis merupakan hal yang sulit meski dalam bercakap-cakap mereka tidak mengalami hambatan? Mengapa kita sering menemukan kesalahpahaman terhadap tulisan orang daripada percakapan orang? Mengapa kita merasa lebih mudah mengungkapkan dengan kata-kata ketimbang dengan tulisan? Apakah kemampuan menulis itu memang bakat, seperti halnya orang bakat bicara, pidato, negosiasi dan lain-lain? Bagaimana kita bisa lancar menuliskan apa yang ada di otak kita? Bagaimana kita bisa menulis apapun dan menarik bagi siapaun yang menjadi target kita? Menulis surat cinta untuk pacar? Menulis surat lamaran? Menulis proposal? Menulis artikel? Menulis cerita pendek? Menulis artikel? Menulis memo? Gampang...
Diposting pada mailing list UGM Disadur oleh : Dewis Natra
Trackback(0)
|