Home
Daftar Anggota
Galleri
Resep
Restoran Minang
Games
Download
Kamus Minang
Chat
Bursa Iklan
Radio Online
Weblink
SPTT Cimbuak
Cimbuak Toolbar
Menu Situs
Berita
Artikel
Prosa
Tokoh Minang
Adat Budaya
Agama
Kolom Khusus
Pariwisata
Berita Keluarga
Giring2 Perak
Berita Yayasan
Pituah

Bundo kanduang
Limpapeh rumah nan gadang
Amban puruak pegangan kunci
Amban puruak aluang bunian
Pusek Jalo kumpulan tali
Hiasan dalam nagari
Milis Minang
Rantaunet
Surau
Aktivis Minang
Media Padang
PosMetro Padang

Randai Sungayang
Written by Dr. H. K. Suheimi   
Wednesday, 22 April 2009

Saya terpesona menyaksikan randai anak Sungayang. Biasanya sehebat apapun pertunjukkan 1 jam saja saya sudah bosan melihatnya. Tapi Randai dari Sungayang ini berjam-jam saya menyaksikannya saya jadi terpaku.

Fasalnya Randai ini dimainkan oleh pemeran utama seorang wanita yang bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini sangat pintar bisa membaca suasana. Dia tahu betul apa yang dimaui penontonnya. Tiap sebentar dia memantulkan pantun kepada penonton yang baru hadir. Tiap sebentar dia menyapa penonton dan menceritrakan kelebihan orang yang baru datang. Dia menghargai penontonnnya. Dan setiap kali dia menyampaikan kiasan dan ajaran dalam bentuk pantun, penontonpun bersorak. Terjadi dialog yang hidup antara pameran utama dengan penonton. Saling interaksi ini menyebabkan dia pameran utama itu di sukai.

Apalagi malam itu diangkatkan ceritra Rambun pamenan, seorang anak yang berjuang mati-matian membela ibunya yang di tawan oleh Rajo Angek garang. Certiranya di tata secara apik, dan semakin larut malam semakin hebat ceritranya sampai pada klimax si Rambun Pamenan berhasil. Menyelamatkan mandehnya.

Penonton terpaku tak mau beranjak, semakin malam semakin larut malam, pengunjungpun makin bertambah-tambah, dari desa sebelah pada berdatangan. Tak muat di lapangan halaman sekolah dan Mushalla yang di bangun ibunya Rainal yang mulia Rosma Rias. Maka di balik-balik pagar dan diatas tembok orang pada menyaksikan, randai dari Sungayang ini, laki-laki dan perempuan.

Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang lumayan panjang. Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan Padang Panjang ketika mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai dalam masyarakat Minangkabau adalah suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu, dimana dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri.

Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.

Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. namun dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara, Randai mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.

Randai menjadi saksi dari tingginya peradaban Orang-orang minang cerdik pandai adalah orang-orang pintar. Saya bangga terlahir dari etnis Minang kabau yang punya Randai, punya pepatah dan petitih, sebagai pertanda nenek moyang kita sejak dahulu adalah orang pintar dan bijaksana.. Hanya orang pintar dan bijksan serta berbudi luhur yang mampu mengukir dan manjalin kata-kata bersayap, serta kiasan-kiasan yang mengena. Hanya orang terlatih dan luar bisa pandailah yang bisa melahirkan ungkapan, pantun dan gurindam yang dalam isi dan maknanya. Jadi pedoman oleh suku-suku lain di Indonesia.
Saya yakin seyakin-yakinnya nenek moyang kita dahulu adalah cerdik cendekia, berbudi luhur dan berakhlak tinggi. Dan kita terlahir, mewakili mereka. Do’a yang tulus kami pamjatkan pada pendahulu kita yang telah mengukir sejarah, mereka sebaik-baik ummat dan kita jadi penerusnya.

Setiap anak randai punya gaya sendiri dalam gerak dan menepuk celana yang didesain khusus-mempunyai pisak yang dalam, sehingga menghasilkan bunyi beragam waktu ditepuk, tapi serempak. "Hep...ta... Dugudung-dak-dik-dung.
Dialog jeda sejenak, anak randai kembali ber-hepta-hepti diiringi cerita yang didendangkan (gurindam) dan diiringi saluang. Cerita bergulir, mengisahkan Rambun Pamenan

"Kehadiran randai dalam upacara-upacara dan acara-acara tersebut selain mempertebal rasa ketradisian juga memberi kesempurnaan terhadap adat istiadat Minangkabau itu sendiri” Pesata rakyat ini tak mahal biayanya kata Pak Rainal, tapi dapat menghimpun semua lapisan masyarakat, menghibur, menyatukan, bersilaturrahim, serta kita asyik tak jemu walaupun sampai sahur.

Tari-tari Minang pola gerak dan pola dialognya seperti randai,

Saya salami pemain randai, yang siang harinya dia sebagi petani, buruh dan pedagang. Mereka ramah-ramah dan mudah bergaul. Beruntung malam ini saya dapat menyaksikan randai yang terbaik saat itu ialah Randai dari Sungayang.

Lalu saya teringat lagu lintuah

Oi Gadih, oi gadih urang Sungayang
Rumahnyo nan jauh di ateh bukik
Pandai sirek jo tatiang manatiang
Nan pandai mamikek jantuang

Lintuah hati den lintuah lah lintuah


Untuk itu ingin saya petikkan sebuah Firman Suci Nya dalam Al qur'an

Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (QS. 38:46)

Sulit Air menjelang Sahur 20 Maret 2009

 

 

Trackback(0)
Comments (1)

parewa palala bana said:

alhamdulilah senang di hati rasa nyo, dari kabar bapak tulis, walaupun saya belum sekalipun menyaksikan pertujukan randai secara utuh,cuma sempat menyaksikan pas latihan aja beberapa kali itu pun 20 tahun lalu, penulis berhasil dapat menyaksikan, kita sebgaian juga merasa beruntung ternyata budaya kita masih ada,
klo untuk saya sendiri meliat apa yang di papar penulis tentang randai sendiri, itu adalah bentuk didikan moral, mungkin (sekarang biasa di sebut pelatihan motifasi), klo boleh tahu di mana kita dapat menyaksikan nya selain hari raya dan hari besar lain nya, sebab saya pas lebaran suka kekurangan waktu aja, klo udah ketemu teman teman lama, sanak sadara. klo boleh tahu ada jadwal ga untuk tampil di taman budaya padang pada bulan mei ini? ato bisa minta imel kelompok randai ato mungkin web nya juga boleh pak
 
report abuse
vote down
vote up
April 23, 2009 | url
Votes: -1

Write comment
You must be logged in to a comment. Please register if you do not have an account yet.

 
Next >




Member Area
Status Radio
Radio Online Minang
Yayasan Palanta Cimbuak
Yayasan Palanta Cimbuak
Dari Awak, Oleh Awak, Untuak Kampuang
Nio berpartisipasi? Silakan klik disiko
Cimbuak Features

Cimbuak Chat


Cimbuak Chat


Free Email


Free Email
Yayasan Cimbuak
Situs Terbaik
Online Sekarang
We have 14 guests and 2 members online
Generated in 0.69199 Seconds