Hari ini Dia dikukuhkan sebagai Guru Besar. Baru kali inilah pengukuhan GURU BESAR di Aula unand yang besar dan luas . karena tamunya sangat banyak dan karangan bunganya melimpah. Tampak hadir pada pengukuhan ini mentri Diknas dan GURU BESAR se Indonesia, Juga tampak Rektor se Indonesia, dan orang-orang penting lainnya seperti ibu-ibu beberapa mentri.
Biasanya pengukuhan Guru Besar ini diadakan di Aula Unand di Jati, yang kapasitasnya 200 orang, tapi kali ini karena tamunya ribuan orang, maka diadakan di Aula kampus Limau manis. Hanya peristiwa-peristiwa besar saja tempat ini di gunakan. Seperti pemberian gelar Doktor Hanauris Causa pada bapak presiden SBY, beberapa bulan Yang lalu. Ketika itu Pak Musliar sebagai rector yang memberikan dan memasangkan salempangnya. Kali ini juga Musliar yang mengukuhkan Fasli Jalal yang menjabat sebagai DIRJEN DIKTI.. Dalam hati saya berdo’a Prof Fasli Jalal yang masih muda itu kelak bisa jadi Mentri, karena potensinya yang saya amati sejak dia masih Mahasiswa Kedokteran di Unand. Dialah Mahasiswa teladan dan terbaik. Dialah lulusan terbaik Fakultas Kedokteran Unand. Dia telah berpengalamn dengan segudang jabatan dan pengalaman. Lihat saja curriculum vitaenya. Saya berdecak kagum luar biasa, agaknya inilah helat yang besar di Unand.
Fasli dari mahasiswanya sudah nampak bibit ke pemimpnannya. Ayahnya yang ulama dan ibunya yang guru , menghantarkannya pada orang terdidik. Sewaktu mahasiswa pun dia sudah mengajar teman-temannya, dia selalu menekankan “kuasailah bahasa Inggeris dengan bahasa itu kita melangkah maju dan dan bisa menggapai cita”.
Begitupun ketika dia jadi aktivis mahasiswa sebagai ketua senat Fasli banyak membawa pembaruan dan kemajuan. Dia tak mau menunda-nunda pekejaan Inilah yang sampai saat ini masih dkerjakannya,sampai sekarang. Ketika beberapa mingu yang lalu saya ke Dikti semua karyawan sudah pulang namun “Fasli tetap tekun berkerja sampai larut malam dan pagi sudah kembali lagi kesini” kata satpam yang setia menemaninya.
Perpaduun ayahnya yang ulama dan ibunya yang guru maka dalam jiwanya ada ustadz. Dia pandai dan mudah memberi ceramah agama begitupun ceramah yang lain. Enak didengar dan perlu dan bagaikan seorang guru dia menerangkan sesuatu dengan jelas.
Seperti hari ini Dia dengan enak menerangkan efek dari kekurangan Gizi pada bayi sejak dari kandungan sampai usia 2 tahun, Inilah periode emas, kesempatan yang terbaik memberikan gizi pada ibu hamil. Dengan gizi yang baik dan protein yang tinggi akan membentuk sel-sel otak. “Sel otak yang punya denrit , axon dan myelin itu akan berkembang baik bila di beri asupan gizi yang baik”. Jelas Fasli Memang jangan biarkan kan periode yang di sebut sebagai “peride tahun emas” berlalu dari seorang bayi yaitu ;hari-hari pertama dalam kandungan sampai 2 tahun umurnya
Allah berpesan akan pendidikan dalam rahim dan menyusui anak sampai bayi itu berusia 2 tahun
Ibunya Fasli adalah guru kecil bercita-cita agar Fasli jadi Guru besar. Hari ini cita-itu jadi kenyataan dan Faslipun jadi Guru besar
Guru besar yang mengharumkan kampus kami yang mengharumkan civitas akademika dan yang mengharumkan Fakultas Kedokteran
Baru kali inilah pengukuhan Guru Besar yang sehebat ini saya lihat sahabat saya Prof Ichramsyah dan istrinya Wispun hadir semua tekun mendengarkan pidato pengukuhan
Semua gembira, semua bangga semua tersenyum. Hari ini banyak senyum di uber untuk keberhasilan Fasli Jalal, banyak harapan di tompangkan.
Dalam hati saya berbisik pada Fasli sewaktu mendengar dia berpidato. “Fasli jadilah yang lebih baik lagi yang lebih tinggi. Hari ini engkau jadi Guru Besar. Buatlah guru-guru lain juga ikut tersenyum. Banyak guru-guru mengharapkan agar satu saat engkau jadi pemimpin mereka misalnya jadi mentri atau yang sejenisnya.
Saya tahu Fasli itu Pemikirannya jernih. Tuturnya santun. Bagi yang mengenalnya, ia bukan sekadar Guru Besar (mahaguru), tapi dia adalah teman akrab yang bisa mencarikan jalan keluar saat kita kesulitan. Ada-ada saja jalan yang tampak baginya, sejak mahasiswa dulu selalu begitu.
Terbersit keinginan dalam hati saya agar bangsa ini tersenyum. Kuncinya, pesan Guru saya : adalah “guru”. Guru yang tersenyum akan menjadi guru yang kreatif dalam mengajar. Guru yang kreatif mengajar adalah guru yang mampu membuat siswanya antusias belajar. Maka, bila guru mampu tersenyum di kelas, ia akan mampu membuat seluruh kelas tersenyum. Bila siswa tersenyum, maka kita pun tersenyum. Di lingkungan kita, sudah agak lama para guru sulit tersenyum. Tak banyak stimulan yang dapat membuat guru tersenyum. Guru terhimpit oleh berbagai hal. Oleh iklim materialistik masyarakat, oleh sistem mekanistis birokrasi pendidikan, juga oleh rendahnya penghargaan kita pada profesi pendidik. Namun, syukurlah, belakangan iklim yang melingkupi guru membaik. Apresiasi terhadap profesi guru semakin terlihat. Akreditasi guru beserta sistem imbalannya adalah salah satu langkah apresiasi itu. Langkah demikian tentu mempermudah guru tersenyum. Masa depan bangsa kita ditentukan oleh banyaknya senyum siswa. Senyum siswa 70 persen ditentukan oleh senyum guru. Yakni, guru yang tersenyum lantaran mampu beraktualisasi optimal buat menggali dan menumbuhkan potensi anak-anak didiknya. Senyum-senyum itulah yang menentukan seberapa tinggi kemanusiaan atau seberapa beradab bangsa kita mendatang. Dan kita pasti tidak ingin menjadi bangsa perkasa yang hanya bisa menyeringai, namun tak bisa tersenyum Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman suci Nya dalam Al Qur'an : "Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS. 6:48)
Kampus Unand Limau Manis 25 April 2009
Trackback(0)
|