Perempuan satu-satunya di hangar 2 Garuda Indonesia, Cengkareng, ini adalah seorang insinyur yang menangani struktur pesawat terbang. Tugasnya memang termasuk salah satu profesi yang terbilang langka karena lapangan pekerjaannya sangat sedikit dan tidak banyak yang mampu menggeluti bidang ini. Selain harus memiliki otak yang cemerlang , ia juga harus bisa bekerja dengan rekan yang seluruhnya laki-laki. Sebenarnya, kelangkaan profesi ini lebih disebabkan oleh tingkat kesulitannya yang cukup tinggi
Sejak kecil, Zuriati yang lahir di Bukittinggi, 17 September 1968 ini memang sangat menyukai pekerjaan teknik. Ia sempat bekerja di sebuah bank namun pekerjan tersebut tidak cocok untuknya.Otaknya yang encer akhirnya membanyanya menjadi aircraft engineer structure.Walaupun sejak lahir belum pernah meninggalkan tanah kelahirannya, dengan tekad yang kuat, ia nekad mengadu nasib di Jakarta dan akhirnya berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Zuriati diwaktu sekolah selalu jadi juara kelas, dari SD sampai SMA dilalui di kota Bukittinggi, SMA kweekschool atau disebut juga sekolah Raja sekarang telah menjadi SMA 2 Bukittinggi yang telah banyak menghasilkan alumni yang telah mencatat tinta emas di Indonesia. Pada tahun 1988 Zuriati menamatkan SMA 2 Bukittinggi dengan jurusan Fisika langsung mendapatkan PMDK (Program Mahasiswa Undangan di waktu itu) di Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas, pendidikan di Teknik Mesin Universitas andalas diselesaikan dengan cumlaude. Apa sih yang dikerjakan oleh seorang aircraft structrure engineer ? “ Melaksanakan pembuatan, evaluasi, revisi Maintenance Spesification Item.Kebetulan saya mendapat tugas menangani pesawat jenis DC10. Pekerjaan ini sangat memerlukan team work yang baik, karena hal ini menyangkut keselamatan penerbangan. Pada awalnya, Zuriati pernah mengambil Aircraft Structure Repair for Engineering tahun 1995 di Long Beach, AS ini, seringkali diuji rekan-rekan lelekinya. “Mereka ingin sekali mengetahui sejauh mana kemampuan saya. Waktu pertama-tama, saya kaget juga. Tetapi begitu mereka tahu saya bisa, mereka sangat respek.” Mulai saat itu, setiap hari ia bekrja dengan laki –laki dan bertugas memberikan instruksi pada pekerjaan yang semuanya dilakukan laki-laki. Walaupun banyak orang yang berasumsi bahwa pekerjaan di bidang teknik hanya bisa dilakukan oleh laki-laki, Zuriati yang mendapatkan pelatihan khusus di Tolouse, Perancis untuk Customer Inspection A330 tahun 1996 ini, berpendapat, “Laki-laki atau perempuan sama saja. Walaupun perempuan menggeluti dunia yangdigeluti laki-laki, harus tetap ingat juga pada tugas dan kewajibannya sebagai perempuan. Tapi, kalau perempuan mampu, mengapa tidak ?” Bundo Kanduang satu ini menunjukkan bahwa perempuan Minangpun sanggup melakukan pekerjaan yang langka dan itupun biasanya digeluti oleh kaum hawa. Sumber : Majalah Kosmopolitan serta tambahan dari Dewis
Trackback(0)
|